REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, sebelum meninggal Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah memiliki penyakit bawaan (komorbid) yaitu asam lambung dan penyakit jantung. Sekda DKI Jakarta meninggal dunia pada Rabu (16/9) siang, setelah sempat kritis sejak pagi dan dirawat intensif di rumah sakit karena dinyatakan positif Covid-19.
"Memang beliau ada sakit asam lambung. Sebelumnya, juga (mengeluh) gak enak badan dan demam. Kemudian belakangan, beberapa hari ini (diketahui) ada (penyakit) jantung, serangan jantung," kata Ariza di Jakarta, Rabu (16/9).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun sebenarnya sudah mencarikan solusi terbaik untuk kesembuhan Saefullah. Akan tetapi Saefullah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya saat menjalani perawatan intensif dari tim medis pada pukul 12.55 WIB di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
"Beberapa hari yang lalu dan memang kondisinya terus menurun dari hari ke hari. Kita memberikan perhatian yang luar biasa agar bisa dibantu, ditolong, semua jajaran Pemprov fokuskan mencari solusi yang terbaik," ujar Ariza.
Penghormatan terakhir pun telah diberikan oleh jajaran Pemprov DKI Jakarta dengan melepas kepergian jenazah pria berusia 64 tahun itu di Balai Kota Jakarta siang tadi pukul 15.20 WIB. Sebelumnya diberitakan, Sekda Saefullah tutup usia di tengah perawatan intensif akibat terinfeksi Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengonfirmasi Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah meninggal dunia akibat kerusakan jaringan paru-paru, efek dari paparan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19). Widyastuti menjelaskan Saefullah meninggal karena shock sepsis irreversible disertai gangguan pernafasan berat atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) bagi pasien terkonfirmasi Covid-19.
"Siang ini, Bapak Sekda kita, Bapak Saefullah, telah berpulang. Bapak Saefullah meninggal karena shock sepsis irreversible dengan ARDS, yaitu kerusakan pada jaringan paru akibat infeksi Covid-19, sehingga menyebabkan gagal napas yang tidak dapat diperbaiki," kata Widyastuti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.