Rabu 16 Sep 2020 18:11 WIB

Ini yang Bisa Dilakukan Musik terhadap Kesehatan

Musik dapat mendatangkan perasaan lega dan bahagia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Mendengarkan musik dapat merangsang aktivitas di amigdala, bagian otak yang mengatur emosi.
Foto: Mentalfloss
Mendengarkan musik dapat merangsang aktivitas di amigdala, bagian otak yang mengatur emosi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 yang penuh tekanan, butuh lebih banyak hal yang bisa meredakan stres, emosi negatif, dan kecemasan. Salah satu solusi yang sudah lama dikaitkan dengan fungsi tersebut adalah musik.

Sebagian dari kita mungkin pernah merasakan bagaimana musik yang tepat bisa memberikan perasaan lega dan bahagia. Begitu pula sejumlah orang yang menenangkan diri dengan mendengarkan lantunan irama itu.

Baca Juga

Sejumlah riset telah mengonfirmasi dampak baik dari musik. Studi 2009 oleh tim dari Rumah Sakit Södertälje di Swedia meneliti hubungan musik dengan stres. Spesifiknya, stres pada pasien yang akan menjalani operasi pembedahan.

Rasa cemas jelang operasi dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah sehingga memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi. Untuk mengatasinya, dokter kerap memberikan obat penenang ringan seperti Valium.

Alih-alih memberikan obat, tim ilmuwan Rumah Sakit Södertälje meminta pasien mendengarkan musik santai selama 20-40 menit sebelum menjalani operasi. Terapis musik profesional menyiapkan kompilasi lagu, dan pasien memilih sendiri tembang favoritnya.

Hasilnya, kelompok pasien yang mendengarkan musik sebelum operasi mengalami penurunan tingkat kecemasan. Temuan serupa dilaporkan dalam tinjauan yang digagas organisasi Cochrane pada 2013 terhadap 26 studi yang melibatkan lebih dari 2.000 orang.

Pada tinjauan Cochrane, musik juga terbukti dapat mengurangi kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi bedah. Selain riset tersebut, musik pun disebut memiliki banyak manfaat kesehatan dan emosional yang tidak hanya terbatas di ruang operasi.

Dalam majalah internalnya, University of Central Florida turut menjabarkan fungsi musik. Sejumlah manfaatnya adalah membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu memperbaiki kerusakan otak, dan mengurangi kejang.

Musik juga dapat membangkitkan kenangan, serta membuat seseorang menjadi komunikator yang lebih baik. Manfaat lainnya, musik dapat mengatasi kesedihan dan kecemasan akibat rasa terisolasi.

Ini sangat relevan karena pandemi Covid-19 berdampak nyata terhadap kesehatan mental. Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Agustus silam menunjukkan, hampir sepertiga warga AS mengalami gejala depresi dan kecemasan sepanjang Juni 2020.

Di tengah krisis kesehatan yang melanda akibat ancaman virus mematikan, ditambah berbagai perselisihan sosial politik, musik bisa jadi opsi positif. Mendengarkan, menyanyikan, atau menciptakannya menawarkan cahaya dalam kegelapan.

Musik merangsang aktivitas di amigdala, bagian otak yang mengatur emosi. Begitu pula pada batang otak yang merupakan pusat banyak fungsi vital tubuh seperti pernapasan, detak jantung, dan pencernaan.

Terapis musik di India juga menawarkan musik sebagai terapi untuk pasien di sebuah rumah sakit perusahaan di Kota Hyderabad. Dia adalah Anasuya Ravikanti yang memiliki gelar doktor di bidang musik Carnatic.

Ravikanti telah memberikan terapi gratis untuk meredakan stres para pejuang Covid-19, seperti dokter dan polisi. Sedangkan layanan berbayar ditawarkan untuk masyarakat umum lewat pusat terapi musik Swarajeevani.

"Selama masa pandemi Covid-19 dan efek pandemi yang mengisolasi, musik dapat memberikan cara untuk menghubungkan seseorang dengan pengalaman batin, kenangan, serta emosi yang sebelumnya tidak mudah diakses," kata dia, dikutip dari laman Times Now News.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement