Rabu 16 Sep 2020 19:47 WIB

Studi Ungkap Sebaran Droplet Saat Bernyanyi Vs Bicara

Apakah menyanyi lebih melontarkan droplet daripada berbicara?

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Lontaran droplet. Ketika orang berbicara, lafal huruf P, B, R, dan T menghasilkan sejumlah besar percikan (droplet).
Foto: Slash Gear
Lontaran droplet. Ketika orang berbicara, lafal huruf P, B, R, dan T menghasilkan sejumlah besar percikan (droplet).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyanyi dapat melontarkan percikan liur (droplet) ke udara. Droplet tersebut bisa saja membawa virus corona tipe baru, SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Sejauh apa droplet dapat menyebar ketika seseorang bernyanyi atau berbicara?  Dua penelitian telah mencermati jumlah partikel yang dipancarkan saat bernyanyi dan berbicara.

Baca Juga

Satu makalah, dari Lund University di Swedia dan diterbitkan di Aerosol Research and Technology, menemukan bahwa semakin keras orang bernyanyi, semakin banyak partikel yang disebarkannya. Dilansir The Indian Express, Rabu (16/9), studi juga menemukan bahwa konsonan, terutama P, B, R, T, adalah penyebar aerosol yang lebih besar daripada huruf vokal.

Makalah lain, dari University of Bristol, menemukan bahwa bernyanyi tidak menghasilkan lebih banyak partikel pernapasan daripada berbicara, ketika keduanya berada pada volume yang sama.

Studi Swedia

Para peneliti Swedia mengukur partikel yang dipancarkan oleh 12 penyanyi sehat dan dua orang dengan Covid-19 yang terkonfirmasi, dengan 7 dari 14 adalah penyanyi opera profesional. Di sebuah ruangan dengan udara bebas partikel, mereka menyanyikan lagu Swedia pendek "Bibbis pippi Petter"  dan mengulanginya 12 kali dalam dua menit dengan nada konstan, lalu mengulanginya lagi dengan menghilangkan konsonan, hanya menyisakan vokal.

Jakob Löndahl, Associate Professor of Aerosol Technology di Lund University, menjelaskan, dalam studi ini mereka menyelidiki sejumlah aspek yang berbeda dari nyanyian: menyanyi dibandingkan dengan berbicara, menyanyi dengan keras dibandingkan dengan nyanyian biasa, menyanyi dengan masker, dan menyanyi konsonan dibandingkan dengan vokal.

"Kami tidak secara sistematis membandingkan semua konsonan yang berbeda, tetapi mencatat bahwa huruf P, B, R, dan T menghasilkan sejumlah besar percikan (droplet)," kata Löndahl.

Konsonan melepaskan percikan yang sangat besar, dan B dan P menonjol sebagai penyebar aerosol terbesar. Pada saat yang sama, percikan yang lebih besar jatuh ke tanah lebih awal, sehingga memiliki umur yang lebih pendek daripada tetesan yang lebih kecil. Apakah itu kontradiksi?

"Saya pikir ini masih menjadi topik ketidakpastian ilmiah yang cukup besar,” jelas Löndahl.

Ia menjelaskan, alasan utama untuk mengandaikan penularan penyakit yang lebih besar dari percikan besar adalah bahwa mereka dapat mengandung lebih banyak virus daripada partikel aerosol yang lebih kecil, dan penularan penyakit biasanya terjadi pada kontak yang agak dekat dan jarak yang lebih pendek. Namun alasan untuk ini juga bisa menjadi penipisan dalam jarak yang lebih jauh.

Tidak adanya virus

Saat dua orang dengan Covid-19 bernyanyi, tim peneliti Swedia mengukur virus di udara yang dekat dengan mereka. Sampel udara tidak mengandung jumlah virus yang terdeteksi.

"Tetapi viral load dapat bervariasi di berbagai bagian saluran udara dan di antara orang yang berbeda. Oleh karena itu, aerosol dari seseorang dengan Covid-19 mungkin masih memiliki risiko infeksi saat bernyanyi," kata mahasiswa doktoral Malin Alsved dalam sebuah pernyataan.

Penelitian Inggris: Menyanyikan 'Selamat Ulang Tahun'

Dalam penelitian University of Bristol, 25 pemain profesional disuruh berbicara, dan menyanyikan "Selamat Ulang Tahun" dalam 'latar belakang nol aerosol' di ruang operasi. Peneliti menemukan adanya peningkatan massa aerosol dengan peningkatan kenyaringan nyanyian dan berbicara, meningkat dengan faktor 20-30.

Di lain sisi, bernyanyi tidak menghasilkan aerosol yang jauh lebih banyak daripada berbicara dengan volume yang sama. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam produksi aerosol antar gender, atau di antara genre yang berbeda (paduan suara, teater musikal, opera, paduan suara, jazz, gospel, rock, dan pop).

Haruskah penyanyi bernyanyi saat pandemi?

Peneliti Universitas Lund menyarankan menyanyi tidak perlu dilarang. Sebuah lagu dapat dinyanyikan dengan jarak sosial, kebersihan yang baik, dan ventilasi yang baik, dan masker juga bisa membuat perbedaan.

Peneliti dari University of Bristol mencatat bahwa jika jumlah penonton banyak, penyanyi mungkin tidak bertanggung jawab atas produksi aerosol terbesar. Cara untuk memastikan ventilasi yang memadai mungkin lebih penting daripada membatasi aktivitas tertentu, saran mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement