REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengutuk keras normalisasi hubungan antara Uni Arab Emirat (UAE) dan Bahrain dengan Israel yang ditandatangani di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS).
"Langkah tersebut sebuah penghianatan dan penggembosan yang tak bisa ditolerir oleh umat, bangsa Arab dan umat Islam dunia," kata Kiai Muhyiddin kepada Republika, Rabu (16/9).
Ia mengatakan, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seharusnya memberikan sanksi kepada negara-negara anggotanya yang melakukan normalisasi dengan Israel. Karena itu sebuah pelanggaran dan akan memperlemah posisi tawar menawar OKI.
Normalisasi dengan Israel tidak akan banyak mengubahbah peta damai di Timur Tengah bahkan sebaliknya akan menciptakan lebih banyak problem. Nasib bangsa Palestina akan semakin suram dan tidak menentu.
"Israel yang sangat biadab merasa tak perlu lagi bicara kepada pimpinan Palestina lagi karena ia menganggap tanpa melibatkan pemimpin Palestina, perdamaian sepihak bisa dicapai," ujarnya.
Kiai Muhyiddin menyampaikan, MUI menyesalkan sikap standar ganda Presiden Donald Trump yang selalu mengutamakan kepentingan Israel dan kepentingan pribadinya yang menghadapi tekanan dahsyat dalam negeri. Demi meraih dukungan komunitas Yahudi dan Zionis global, Trump melakukan itu semua tanpa merasa dosa dan bersalah.
Ia menegaskan, sesungguhnya kemerdekaan Palestina dan penentuan nasibnya hanya bisa ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan oleh orang asing. Negara Arab Teluk tidak boleh mengatasnamakan bangsa Palestina dalam normalisasi hubungan dengan Israel. Apa yang mereka lakukan hanya untuk kepentingan nasional mereka.
MUI meminta Indonesia tetap istiqomah agar dengan sikap awalnya yang tidak akan melakukan normalisasi hubungan kecuali setelah Palestina meraih kemerdekaannya secara utuh. Para petinggi negara Arab cenderung mengutamakan penyelamatan tahta dan jabatan mereka daripada membantu perjuangan Palestina, ini yang patut disesalkan oleh umat Islam.
"Amerika Serikat selalu menjadikan Iran sebagai kambing hitam untuk memuluskan akal bulusnya di kawasan Timur Tengah, tuduhan ekspansionis Iran dengan senjata nuklirnya membuat negara-negara Teluk semakin bergantung kepada AS untuk menjaga keamanan mereka," ujarnya.