Kamis 17 Sep 2020 05:23 WIB

Waketum MUI Kecam Normalisasi UEA, Bahrain, dan Israel

Langkah UEA dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel dikecam waketum MUI.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Waketum MUI Kecam Normalisasi UEA, Bahrain, dan Israel. Foto: Presiden Donald Trump, tengah, dengan dari kiri, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan, selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Waketum MUI Kecam Normalisasi UEA, Bahrain, dan Israel. Foto: Presiden Donald Trump, tengah, dengan dari kiri, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan, selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengutuk keras normalisasi hubungan antara Uni Arab Emirat (UAE) dan Bahrain dengan Israel yang ditandatangani di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS).

"Langkah tersebut  sebuah penghianatan dan penggembosan yang tak bisa ditolerir oleh umat, bangsa Arab dan umat Islam dunia," kata Kiai Muhyiddin kepada Republika, Rabu (16/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seharusnya memberikan sanksi kepada negara-negara anggotanya yang melakukan normalisasi dengan Israel. Karena itu sebuah pelanggaran dan akan memperlemah posisi tawar menawar OKI.

Normalisasi dengan Israel tidak akan banyak mengubahbah peta damai di Timur Tengah bahkan sebaliknya akan menciptakan lebih banyak problem. Nasib bangsa Palestina akan semakin suram dan tidak menentu.

"Israel yang sangat biadab merasa tak perlu lagi bicara kepada pimpinan Palestina lagi karena ia menganggap tanpa melibatkan pemimpin Palestina, perdamaian sepihak bisa dicapai," ujarnya.

Kiai Muhyiddin menyampaikan, MUI menyesalkan sikap standar ganda Presiden Donald Trump yang selalu mengutamakan kepentingan Israel dan kepentingan pribadinya yang menghadapi tekanan dahsyat dalam negeri. Demi meraih dukungan komunitas Yahudi dan Zionis global, Trump melakukan itu semua tanpa merasa dosa dan bersalah.

Ia menegaskan, sesungguhnya kemerdekaan Palestina dan penentuan nasibnya hanya bisa ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan oleh orang asing. Negara Arab Teluk tidak boleh mengatasnamakan bangsa Palestina dalam normalisasi hubungan dengan Israel. Apa yang mereka lakukan hanya untuk kepentingan nasional mereka.

MUI meminta Indonesia tetap istiqomah agar dengan sikap awalnya yang tidak akan melakukan normalisasi hubungan kecuali setelah Palestina meraih kemerdekaannya secara utuh. Para petinggi negara Arab cenderung mengutamakan penyelamatan tahta dan jabatan mereka daripada membantu perjuangan Palestina, ini yang patut disesalkan oleh umat Islam.

"Amerika Serikat selalu menjadikan Iran sebagai kambing hitam untuk memuluskan akal bulusnya di kawasan Timur Tengah, tuduhan ekspansionis Iran dengan senjata nuklirnya membuat negara-negara Teluk semakin bergantung kepada AS untuk menjaga keamanan mereka," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement