Rabu 16 Sep 2020 23:09 WIB

Gereja Eropa Terjemahkan Alquran, Mengapa Disembunyikan?

Gereja Eropa menginisiasi penerjemahan Alquran tapi menyembunyikannya.

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Nashih Nashrullah
 Peran Gereja Eropa Terjemahkan Alquran, Mengapa Sempat Disembunyikan?    Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Peran Gereja Eropa Terjemahkan Alquran, Mengapa Sempat Disembunyikan?    Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Upaya pembukuan karya terjemahan Alquran mulai dilakukan oleh orang-orang Eropa pada abad ke-12 M.

Adalah Kepala biara Gereja Cluny, Petrus Agung atau Peter The Venerable asal Prancis, menurut el-Hurr dalam tulisannya yang berjudul "Barat dan Alquran: Antara Ilmu dan Tendensi", yang pertama kali menerjemahkan Alquran secara tertulis pada 1143 M. 

Baca Juga

Dibantu seorang teolog abad pertengahan berkebangsaan Inggris, Robertus Ketenensis atau juga dikenal dengan nama Robert dari Ketton, dan Hermannus Dalmatin atau juga dikenal dengan nama Herman dari Carinthia, Petrus Agung kemudian menerjemahkan teks Alquran ke dalam bahasa Latin yang diberi judul 'Lex Mahumet Pseudoprophete'. 

Menurut el-Hurr, Petrus Agung menerjemahkan Alquran untuk mendapatkan pengetahuan tentang kitab suci umat Islam yang pada zamannya menjadi agama yang berkembang pesat di Andalusia, Spanyol. Salinan terjemahan tersebut sekitar empat abad lamanya hanya dimiliki oleh pihak gereja untuk dipelajari dan tidak diizinkan dicetak di luar gereja dengan alasan supaya umat Kristen tidak mempunyai kesempatan mempelajari Alquran terjemahan tersebut, hingga tidak akan ada penganut Kristen yang murtad dari agamanya. 

Pertengahan abad ke-16 M, tepatnya 1543, di bawah pengawasan seorang berkebangsaan Swiss bernama Theodor Bibliander, terjemahan ini kemudian dicetak ulang untuk pertama kalinya. Pada 1550, untuk kedua kalinya terjemahan Alquran ini dicetak ke dalam tiga jilid, meskipun terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan yang tidak sedikit dalam terjemahan karya Petrus itu.

Meski begitu, terjemahan Alquran karya Petrus tersebut dapat diterima oleh bangsa Eropa, dan dalam waktu singkat menyebar luas di tengah-tengah masyarakat non-Muslim.

Terjemahan Alquran Lex Mahumet pseudoprophete karya Petrus Agung dapat diterima oleh bangsa Eropa. Dalam waktu singkat menyebar luas di tengah-tengah masyarakat non-Muslim. Bahkan, terjemahan tersebut menjadi referensi terjemahan Alquran untuk bahasa-bahasa lain, seperti Italia, Inggris, Jerman, Prancis, dan Belanda

Selama periode 1649 hingga 1970, lebih dari 295 terjemahan sempurna dan 131 terjemahan terpencar, atau pilihan-pilihan dari Alquran dilakukan ke dalam bahasa Inggris. Karena memiliki beberapa keistimewaan, beberapa di antara terjemahan ini dicetak beberapa kali. Karya terjemahan Alquran versi bahasa Inggris pertama kali dibuat oleh Alexander Ross pada 1649 dengan mengadopsinya dari terjemahan Alquran berbahasa Prancis, L’Alcoran de Mahomet

Namun, dari sekian banyak terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris, terjemahan milik George Sale adalah yang paling terkenal.  Sale merupakan seorang orientalis berkebangsaan Inggris. Ia menerjemahkan Alquran pada 1734 dan diberi judul The Alcoran of Mohammed. Terjemahan Alquran karya Sale ini bahkan menjadi salah satu koleksi buku yang dimiliki oleh pendiri Amerika Serikat Thomas Jefferson.

Sejumlah sumber sejarah menyebutkan terjemahan karya Sale ini sudah dicetak sebanyak 35 kali. Sedangkan dalam Ensiklopedia Dunia Penerjemahan Alquran, karya Sale ini telah dicetak ulang sebanyak 105 kali.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement