REPUBLIKA.CO.ID, Umar bin Abdul Aziz tidak pernah memimpikan sebuah jabatan. Apalagi untuk menduduki kursi khalifah. Sebelum diangkat menjadi khalifah, dia adalah orang yang hidup sangat berkecukupan.
Namun, setelah menjadi khalifah, terjadi sebuah perubahan yang drastis pada dirinya. Dia meninggalkan semua harta kesenangannya. Sejak saat itu, ia hidup dalam kesederhanaan dan menjadi seorang yang zahid (sederhana dan menjauhi urusan dunia) dan abid (senantiasa mengabdikan dirinya untuk umat). Dia selalu memperlakukan cara hidup yang ketat terhadap diri dan keluarganya.
Sesudah Umar diangkat menjadi khalifah dan amirul mukminin, ia langsung mengajukan pilihan kepada istrinya, Fathimah. Umar berkata kepadanya, "Istriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antara dua."
Fatimah bertanya kepada suaminya, "Memilih apa, Kakanda? Umar bin Abdul Aziz menerangkan, "Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai dan Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu."
Kata Fatimah, "Demi Allah, aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya amirul mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku."
Kemudian, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitul Mal, kas negara kaum Muslimin. Demikian pula, dengan semua harta yang ada pada dirinya, ia kembalikan ke Baitul Mal. Sejak saat itu, dia mengharamkan atas dirinya untuk mengambil sesuatu pun dari Baitul Mal.
Masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru, membangun masjid-masjid, menghiasi jalan-jalan, membangun penginapan bagi para musafir, dan mengembalikan tanah-tanah yang disita serta menaruhnya di Baitul Mal.
Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi di zamannya. Di masa pemerintahannya, tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah.
Tak hanya itu, Umar bin Abdul Aziz senantiasa memberi contoh dan teladan kepada umatnya. Sebagai pemimpin dan amirul mukminin, tingkah lakunya akan menjadi panutan rakyatnya. Karena itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, ia senantiasa berhati-hati dalam mempergunakan uang umat.
Di khawatir menggunakan uang umat dalam kehidupan sehari-harinya. Karena itu, dengan cermat ia memisahkan segala urusan pribadi dengan pemerintahan.
Suatu malam, Umar pernah kedatangan tamu di rumahnya yang sederhana. Dia menanyakan kepada tamu tersebut maksud kedatangannya. Jika urusan negara, dia akan menyalakan lampu di rumahnya. Namun, jika keperluan sang tamu untuk urusan pribadi, dia akan mematikannya dan menggantinya dengan lampu pribadi.
Sang tamu bertanya, mengapa khalifah berbuat demikian. Umar bin Abdul Aziz menjawab, cahaya listrik yang akan dipakai untuk menjamu tamu adalah milik negara. Karena itu, kalau urusannya untuk kepentingan pribadi, dia akan mematikannya dan menggantinya dengan lampu pribadi miliknya.
Namun, jika urusan tamu itu ada keperluan untuk urusan negara, dia akan menggunakan cahaya lampu negara untuk kepentingan negara dan bukan untuk kepentingan pribadi. Demikianlah kepribadian Umar bin Abdul Aziz. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang paling adil dan tegas dalam melaksanakan hukum Allah.