Kamis 17 Sep 2020 05:26 WIB

Saefullah dan 40 Jam Jabatan Keramat

Saefullah pernah mengemban tugas sebagai pelaksana harian (Plh) gubernur DKI Jakarta.

Sekda DKI Jakarta Saefullah (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Foto: Twitter/@aniesbaswedan
Sekda DKI Jakarta Saefullah (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Selamat jalan putra terbaik Jakarta. Kami percaya tempatmu mulia dan tertinggi. Insya Allah kota ini akan terus mengirimkan pahala atas amal jariahmu di kota ini."

Demikian pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memimpin prosesi pelepasan jenazah Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah, di Balai Kota Jakarta, Rabu (16/9). Almarhum Saefullah wafat pada usia 56 tepat pukul 12.55 WIB.

Baca Juga

Ia sempat menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta Pusat setelah mengalami keluhan asam lambung serta gangguan pada detak jantung. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengemukakan bahwa komplikasi penyakit yang diderita almarhum juga diperparah dengan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). 

Pria yang lahir di Sungai Kendal, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, pada 11 Februari 1964 itu berhasil mencapai puncak karier tertinggi sebagai aparatur sipil negara (ASN) di DKI Jakarta pada 11 Juli 2014 hingga 16 September 2020. Saefullah pernah memperoleh amanat untuk mengemban tugas sebagai pelaksana harian (Plh) Gubernur DKI Jakarta selama 40 jam pada 16 Oktober 2017.

Jabatan tersebut diemban terhitung pukul 00.00 WIB hingga 16.00 WIB. Atau, selama terjadi kekosongan jabatan kepala daerah menjelang pelantikan Anies Baswedan-Sandiaga Uno oleh Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih.

Saat itu, ada ada tiga tugas penting yang menyangkut stabilitas Ibu Kota Jakarta yang harus diemban berdasarkan perintah dari Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. "Tugas pokok yang pertama, menyiapkan pelantikan gubernur dan wakil gubernur terpilih. Kedua, melaksanakan tugas sehari-hari gubernur dan yang ketiga adalah membuat laporan kepada mendagri, walaupun tugasnya kurang lebih 40 jam. Mudah-mudahan waktu 40 jam ini biasanya keramat gitu ya," ujar almarhum saat itu.

Posisi strategis sebagai kepala daerah 'sementara' dihadapi almarhum dengan serius, utamanya dalam menjaga stamina untuk tetap bugar di tengah tuntutan kerja yang kian bertambah. "Saya bilang sama istri saya, selama 40 jam ini tolong siapkan air putih yang banyak supaya sehat, pinggangnya kuat," kata almarhum.

Jabatan itu pun berakhir saat Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada pukul 16.00 WIB di Istana Negara dengan dihadiri kurang lebih 300 undangan. Terdiri atas para menteri dan beberapa pejabat lainnya.

Merasakan jabatan sebagai seorang gubernur menjadi salah satu karir di birokrasi yang telah dituntaskan almarhum dengan penuh dedikasi. Pada kurun 2003-2004, Saefullah pernah mencicipi jabatan sebagai kepala Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Barat.

Karier almarhum beranjak menduduki jabatan kepala Sub Dinas SLTP DKI Jakarta pada kurun 2004-2008. Mahasiswa Strata 3 Universitas Padjajaran Bandung pada 2009 itu telah dipercaya mengemban tugas sebagai wakil kepala Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta pada 2008 serta kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta pada 2009-2010.

Pada 2008-2014, suami dari Rusmiati itu duduk di jabatan wali kota Jakarta Pusat 2008-2014 hingga akhirnya menggantikan Fadjar Panjaitan sebagai sekretaris daerah Pemprov DKI Jakarta pada 11 Juli 2014. Ayah dari empat anak itu boleh jadi merupakan sosok pejabat teras di DKI yang sulit dicari penggantinya.

Sebab, Saefullah telah mendampingi empat gubernur di Jakarta. Mulai dari periode Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, hingga Anies Baswedan.

Tumbuh sebagai seorang birokrat kawakan tidak lepas dari pengalaman berorganisasi almarhum seperti menjabat sebagai anggota Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Anggota Persatuan Guru Republik Indonesia, Pengurus Palang Merah Nasional, Sekretaris Komite Olahraga Nasional Indonesia hingga Ketua Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta periode 2016-2020.

Peristiwa wafatnya Saefullah seakan menjadi pesan bagi seluruh masyarakat bahwa COVID-19 itu nyata dan menjadi wabah harus diwaspadai. "Pesan kepada semua, ini serius, mari kita jaga kedisiplinan ini bukan sesuatu yang ringan dan perlu keseriusan kita. Insya Allah kembalinya Sekda ke rahmatullah akan menjadi catatan bersejarah bagi Jakarta," ujar Anies.

Bagi Anies, Saefullah merupakan sosok pejuang yang telah tulus dan ikhlas menghabiskan siang dan malam memerangi Covid-19. "Saya mohon kepada semua, doakan dan sempatkan Shalat Gaib di seluruh rumah ibadah di Jakarta, bagi pemeluk agama berbeda, selenggarakan ibadah masing-masing dan panjatkan doa yang tulus kepada sekda," kata Anies.

Bahkan, Saefullah di mata Anies tidak pernah izin pamit karena sakit selama bekerja. "Dalam sebuah rapat saya sampaikan dalam pengalaman saya bekerja bersama Pak Sekda, tidak pernah beliau izin pamit karena sakit," kata Anies saat mengenang sosok salah satu anak buah terbaiknya itu.

Anies mengungkapkan Saefullah sempat menghadiri dan menyerahkan sebuah teks pada Rapat Paripurna di DPRD DKI pada Senin (7/9), seraya izin pamit karena merasa tidak enak badan atau sakit. "Hari itu beliau pamit dan kemudian beberapa hari kemudian mengalami perawatan," ujar Anies.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement