REPUBLIKA.CO.ID, WILMINGTON -- Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk percaya dengan para ilmuwan yang saat ini sedang bekerja keras mengembangkan vaksin Covid-19. Biden memperingatkan agar pemerintah tidak terburu-buru merilis vaksin yang pengembangannya belum selesai.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa sekitar 100 juta dosis vaksin virus corona dapat didistribusikan kepada publik pada akhir 2020. Pernyataan Trump tersebut berbeda dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang menyatakan vaksin baru dapat diluncurkan secara luas pada pertengahan tahun depan.
Trump juga menuding Biden menggemborkan kampanye sesat yang menimbulkan keraguan di kalangan warga Amerika terkait kemanjuran vaksin corona. Trump mengatakan Biden harus berhenti mempromosikan teori antivaksin. Biden menepis tudingan Trump dan mengatakan bahwa dia percaya kepada para ilmuwan.
"Biar saya perjelas: Saya percaya vaksin, saya percaya ilmuwan, tapi saya tidak percaya Donald Trump,” tegas Biden.
Berbicara di halaman rumahnya di Wilmington, Delaware pada Rabu (16/9), Biden berpendapat vaksin virus corona hanya boleh disetujui dengan mengikuti standar keamanan yang ketat. Biden menyatakan para ilmuwan harus mengembangkan vaksin seusai dengan prosedur dan tidak boleh diintervensi dengan kepentingan politik.
"Terobosan ilmiah tidak mengikuti siklus pemilu. Persetujuan dan distribusi (vaksin) jangan pernah terdistorsi oleh pertimbangan politik," kata mantan wapres AS ini.
Biden mempertanyakan apakah Trump telah memberikan tekanan kepada Badan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) dalam mengembangkan vaksin untuk kepentingan politik jelang pemilihan presiden pada November mendatang. Biden ingin vaksin yang didistribusikan kepada publik sudah benar-benar aman.
“Harus ada transparansi total sehingga ilmuwan di luar pemerintah tahu apa yang disetujui. Percayalah pada ilmuwan," kata Biden.
Kecenderungan Trump menyebarkan informasi yang salah mengenai virus corona dapat merusak keyakinan warga AS tentang keamanan vaksin. Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos, hanya 15 persen responden yang bersedia mendapatkan vaksin jika telah teruji keamanannya. Sementara sebagian besar responden mengatakan pernyataan Trump mengenai virus corona telah membuat mereka kurang tertarik untuk mendapatkan vaksin.