REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yusuf Reza Shahab (56 tahun) mengenang sang ayah, almarhum Habib Alwi Saleh Shahab sebagai jurnalis dan sejarawan yang berdedikasi tinggi. Bahkan menurutnya, hingga akhir hayat almarhum masih berhasrat menulis sejarah.
"Tulisan akhirnya di Republika memang dua tahun lalu. Tapi (almarhum) terus nulis, sampai akhirnya satu atau dua bulan lalu juga pengin nulis soal sejarah Jakarta," ujar dia di rumah duka, Kamis (17/9).
Mengawali karier sebagai wartawan di usia 22 tahun, almarhum kata dia, sangat dekat dengan Jakarta. Bahkan, sang ayah ia sebut sangat hafal dengan sejarah Jakarta.
"Semua bukunya menjelaskan itu. (Selama) di Republika ada 25 buku. Itu belum termasuk total bukunya sekitar 30," katanya.
Di mata keluarga, almarhum juga merupakan sosok yang bertanggung jawab. Walaupun, keinginan pribadinya ia sebut hanya untuk menulis.
"Beliau juga sangat suka silaturahim dan membantu orang yang kesusahan," katanya.
Abah Alwi, sapaan akrab almarhum, menjalani profesinya sebagai wartawan selama hampir 60 tahun. Kariernya dimulai pada 1960 sebagai wartawan kantor berita Arabian Press Board di Jakarta.
Namun, tiga tahun berselang tepatnya Agustus 1963 ia bekerja di kantor berita Antara. Hingga akhirnya pensiun dari Antara tahun 1993, dan bergabung dengan Harian Umum Republika. Abah Alwi, tanpa kesulitan juga langsung beradaptasi dengan lingkungan baru yang dihuni oleh orang-orang muda.
Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, Kamis (17/9) meninggal dunia tepat pukul 03.00 WIB. Dalam prosesnya, almarhum disemayamkan di TPU Balekambang, Kamis (17/9). Setelah sebelumnya, dishalatkan di Masjid Jami Al-Ikhlas Condet, Balekambang.