Jumat 18 Sep 2020 06:26 WIB

Lahan Terbatas, Sukabumi Gencar Budi Daya Tanaman Hidroponik

Perubahan fungsi lahan menjadi hunian dikhawatirkan memengaruhi ketahanan pangan.

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
Kota Sukabumi menggenjot budidaya tanaman hidroponik dengan menggiatkan bimbingan kepada warga di Kecamatan Baros, Kamis (17/9).
Foto: istimewa
Kota Sukabumi menggenjot budidaya tanaman hidroponik dengan menggiatkan bimbingan kepada warga di Kecamatan Baros, Kamis (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Kota Sukabumi berupaya menggenjot budi daya tanaman hidroponik. Sebabnya, luasan lahan di Kota Sukabumi terbatas dan tidak mengalami penambahan.

Hal ini disampaikan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi di sela-sela menghadiri pembukaan bimbingan teknis budi daya tanaman hidroponik Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kamis (17/9). Kegiatan yang dialokasikan dari Dana Kelurahan tahun anggaran 2020 ini untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serta memotivasi warga dalam mengembangkan budi daya hidroponik kepada warga khususnya untuk RW, PKK dan karangtaruna." Lahan di kota terbatas dan tidak ada penambahan sejak 1998 lalu, yakni 48 kilometer persegi," ujar Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi. Sementara itu, dari sisi jumlah penduduk terus bertambah dan hingga Agustus 2020 mencapai sebanyak 370 ribu jiwa.

Dampaknya, lanjut Fahmi, saat ini terjadi kepadatan penduduk yang awalnya tanah kosong untuk pertanian sekarang ada yang berubah jadi perumahan. Hal ini dikhawatirkan berdampak pada ketahanan pangan warga.

Sehingga, kata Fahmi, budi daya hidroponik ini untuk menjaga ketahanan pangan warga setempat dan dari sisi ekonomi menguntungkan. Terlebih, di masa pandemi Covid-19 diperlukan sebuah inovasi untuk tetap menjaga ketahanan pangan masyarakat dan hadirlah hidroponik bagaimana menanam memanfaatkan lahan pertanian untuk lebih bermanfaat serta tidak membutuhkan lahan yang luas.

Harapannya, lanjut Fahmi, ketika massif melakukan gerakan ini berharap warga terbantu dari sisi ekonomi dan dari sisi kesehatan jauh lebih sehat karena sifatnya organik. Di tengah pandemi Covid dan belum tahu selesainya, warga tidak perlu ke pasar karena bisa memenuhi kebutuhan sayuran di rumah.

Lebih lanjut, Fahmi mengatakan, pelatihan mengenai pengetahuan budi daya hidpronik dapat diterapkan dalam keseharian nanti. Dalam artian bukan hanya ketika pelatihan tidak ada tindak lanjut karena harus dikembangkan tanaman hidroponik di rumah warga.

Fahmi menuturkan, budi daya hidroponik ini untuk menjaga ketahanan pangan warga setempat dan dari sisi ekonomi menguntungkan. Terlebih di masa pandemi Covid-19 diperlukan sebuah inovasi untuk tetap menjaga ketahanan pangan masyarakat dan hadirlah hidroponik bagaimana menanam memanfaatkan lahan pertanian untuk lebih bermanfaat serta tidak membutuhkan lahan yang luas.

"Kami apresiasi lurah dan camat yang mengajak masyarakat mulai beralih menanam untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga yang efeknya akan luar biasa," katanya.  Ia berharap, mulai RT dan RW jadi yang terdepan mampu mengedukasi dan sosialisasi ke warga karena pemda tidak bisa melakukan pembangunan tanpa didukung masyarakat.

Pemerintah, kata Fahmi, memunculkan penguatan gerakan ketahanan pangan karena tidak bisa diprediksi Covid-19 kapan selesainya. Sehingga, pemerintah pusat hingga daerah menggencarkan menanam sayuran dan lainnya di pekarangan rumah masing-masing.

"Kami mengajak warga memanfaatkan halaman rumah dengan budidaya hidroponik san membuat lubang biopori untuk ketersediaan air tanah," kata wali kota. Kedua hal ini penting dalam kehidupan dan bisa dilajukan di rumah masing-masing. Camat Baros R Samiarto mengatakan, di wilayahnya memang dikembangkan budidaya tanaman hidroponik. "Hal ini dalam rangka mendukung gerakan ketahanan pangan," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement