REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA mengumumkan bahwa matahari telah memasuki siklus terbaru. Dalam siaran pers, dikatakan bahwa fase baru yang disebut dengan siklus matahari 25 dan menjelaskan apa arti berita tersebut bagi Bumi dan lingkungan.
NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) telah melacak bintik matahari, wilayah dengan suhu permukaan yang berkurang selama beberapa dekade sebagai cara untuk mendokumentasikan siklus matahari. Sebagian besar siklus berlangsung sekitar 11 tahun dan diyakini disebabkan oleh perubahan polaritas magnet bintang.
Para ilmuwan memperkirakan fase baru aktivitas matahari akan mencapai puncaknya pada Juli 2025 dan umumnya akan berukuran sama dengan puncak siklus matahari 24, yang berakhir pada Desember 2019.
Lika Guhathakurta, ilmuwan surya di Divisi Heliofisika NASA mengatakan saat keluar dari posisi minimum Matahari dan mendekati maksimum Siklus 25, penting untuk diingat bahwa aktivitas Matahari tidak pernah berhenti.
“Itu berubah bentuk saat pendulum berayun,” ujar Guhathakurta, dilansir Inquistr, Kamis (17/9).
Para astronom mengantisipasi tingkat yang sama dengan siklus di bawah rata-rata. Namun, para ilmuwan telah memperingatkan untuk bersiap menghadapi beberapa kemungkinan bahaya.
"Hanya karena siklus matahari di bawah rata-rata, bukan berarti tidak ada risiko cuaca luar angkasa yang ekstrem," jelas Jake Bleacher, kepala ilmuwan Direktorat Misi Eksplorasi dan Operasi Manusia NASA.
Bleacher mengatakan dampak matahari dalam kehidupan sehari-hari itu nyata dan ada. Pusat Prediksi Cuaca Antariksa memiliki staf yang siaga selama 24 jam dalam 365 hari atau setahun karena matahari selalu mampu memberi kita sesuatu untuk diramalkan.
Misalnya, siklus matahari baru mungkin memiliki lebih banyak flare bintik matahari aktif, yang dapat menyebabkan pelepasan massa koronal (CME). Sinar dan materi yang terlontar dari bintang dapat menimbulkan efek serius di Bumi, baik dalam hal kesehatan manusia maupun keselamatan listrik.
Sinar cahaya berlebih bisa berarti bahwa manusia di ketinggian yang lebih tinggi, seperti di pesawat terbang, bisa terkena semburan radiasi, menurut laporan dari How Stuff Works. Selain itu, konsekuensi jangka panjang dapat mencakup peningkatan risiko kanker kulit.
Selain itu, mungkin ada efek serius pada elektronik. Dalam skenario kasus terburuk, CME dapat membebani jaringan dan sistem listrik.
CME pada 1859, yang dikenal sebagai Peristiwa Carrington, menyebabkan sejumlah kebakaran dan menghancurkan sebagian besar jaringan telegraf yang baru-baru ini dibuat di AS.