REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menerima panggilan telepon dari Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan Al Saud pada Selasa (15/9) lalu. Dalam kesempatan tersebut Menlu menyampaikan bahwa RI prihatin dengan perkembangan dan peningkatan ketegangan terkini yang terjadi di Yaman, terutama dampaknya terhadap isu kemanusiaan.
Situasi Yaman tersebut juga telah dibahas di dalam pertemuan Sidang Dewan Keamanan PBB, pada 15 September 2020. Pertemuan antara lain mendengarkan briefing yang disampaikan Utusan Khusus Sekjen PBB yaitu Martin Griffith dan Under Secretary General for Humanitarian Affairs dari PBB yaitu Mark Lowcock.
Retno mengatakan bahwa briefing tersebut mengemukakan keadaan yang memprihatinkan di Yaman. Dalam hal ini, Retno menyampaikan posisi RI dengan keras mengecam serangan pemberontak Houthi ke wilayah negara tetangga, termasuk Arab Saudi.
"Indonesia mengecam serangan yang dilakukan pihak Houthi ke wilayah negara tetangga termasuk ke Saudi Arabia," ujar Menlu Retno dalam pengarahan media secara daring, Kamis (17/9).
Dalam kesempatan tersebut, Retno juga menegaskan bahwa RI menyerukan agar semua pihak dapat menahan diri. "RI juga menyerukan agar semua pihak dapat menyepakati perjanjian perdamaian (Joint Declaration) yang digagas oleh Utusan Khusus Sekjen PBB," ujar Menlu.
Retno mengatakan, Indonesia juga semakin khawatir terhadap situasi kemanusiaan di lapangan, terutama di masa pandemi di wilayah berkonflik. Oleh karena itu, RI menekankan pentingnya melindungi rakyat sipil.
"Indonesia juga mengimbau agar bandara Sanaa’ kembali dapat beroperasi mengingat bandara tersebut merupakan pintu masuk bantuan kemanusiaan yang diperlukan rakyat Yaman," ujar Menlu Retno.