REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ahli epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani, mengemukakan bahwa potensi munculnya klaster penularan Covid-19 di pengungsian. Hal ini perlu diwaspadai di daerah-daerah yang sedang menghadapi bencana alam.
"Potensi terjadi klaster COVID-19 di tengah pengungsian cukup besar," kata Citra dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Kamis (17/9).
Ia mengatakan bahwa di daerah-daerah yang menghadapi bencana alam, kapasitas tempat pengungsian mungkin tidak sebanding dengan jumlah warga yang mengungsi. Kondisi yang demikian mempersulit penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
Selain itu, ia melanjutkan, dalam keadaan bencana warga kemungkinan lebih fokus pada upaya menyelamatkan diri dari bencana ketimbang mematuhi protokol untuk mencegah penularan virus corona. Guna mencegah kemungkinan munculnya klaster penularan virus corona di tempat pengungsian, ia mengatakan, pemerintah perlu memetakan daerah-daerah yang rawan dan menyiapkan rencana mitigasi penularan COVID-19 di area pengungsian.
"Kenapa bisa terjadi, karena saat ini transmisi COVID-19 masih terjadi, bahkan menjadi transmisi menetap di masyarakat. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker akan mendorong terjadinya penularan," kata dia.
Ia menjelaskan pula bahwa sampai saat ini COVID-19 utamanya menular melalui percikan cairan pernafasan dari orang yang terinfeksi virus coronaSARS-CoV-2yang berada pada periode infeksius. Penularan secara tidak langsung juga bisa terjadi akibat kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi virus corona.
"Sampai saat ini belum ada laporan mengenai penularan COVID-19 melalui air," katanya.