Kamis 17 Sep 2020 23:06 WIB

Pemikiran Brilian Ibnu Khaldun yang Diakui Sarjana Barat

Sarjana Barat mengakui pemikiran brilian Ibnu Khaldun yang fenomenal.

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Nashih Nashrullah
Sarjana Barat mengakui pemikiran brilian Ibnu Khaldun yang fenomenal. Ilustrasi halaqah bnu Khaldun.
Foto: wikipedia
Sarjana Barat mengakui pemikiran brilian Ibnu Khaldun yang fenomenal. Ilustrasi halaqah bnu Khaldun.

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu karya Ibnu Khaldun yang paling monumental adalah Muqaddimah. Dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa dia mendirikan ilmu baru, 'ilmu al-'umran (ilmu tentang organisasi sosial). Karyanya ini masih terus dikaji hingga saat ini. Beberapa pemikir sosial menganggap Muqaddimah sebagai risalah dalam sosiologi, lalu memandangnya sebagai pendiri sosiologi.

Sarjana Jerman, Heinrich Simon, menyatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah orang pertama yang mencoba merumuskan hukum-hukum sosial. Ibnu Khaldun mempelajari masyarakat manusia sebagai sui generis. Dia juga menekankan adanya saling bergantung antarbidang kehidupan agama, politik, ekonomi, militer, dan budaya.

Baca Juga

Ashhabiyah (solidaritas sosial) adalah inti pemikiran Ibnu Khaldun tentang badawah (nomadisme-ruralisme), hadharah (urbanisme), serta tegak dan runtuhnya negara. Mendirikan negara adalah tujuan ashhabiyah, khususnya ashhabiyah nomadis. Kemewahan dan kesenangan kehidupan urban cenderung melemahkan ashhabiyah ini.

Salah satu karya Ibnu Khaldun dalam bidang sosiologi, yakni kitab al-I'bar, pernah diterjemahkan dan diterbitkan De Slane pada 1863 dengan judul Les Prolegomenes d'Ibnu Khaldoun. Namun, pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian.

Tepatnya pada 1890, yakni saat pendapat-pendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog Jerman dan Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.

Dr Bryan S Turner, guru besar sosiologi di Universitas Aberdeen, Skotlandia, dalam artikelnya The Islamic Review and Arabic Affairs 1970-an mengomentari sejumlah karya Ibnu Khaldun. Turner menyatakan, tulisan Ibnu Khaldun tentang sosial dan sejarah merupakan satu-satunya karya intelektual yang diterima dan diakui di Barat.

"Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris)," ujar Turner.

Tak hanya dalam bidang sosiologi dan sejarah, kecemerlangan Ibnu Khladun juga tampak dalam bidang lainnya. Dalam bidang ekonomi Islam, di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol.

Ibnu Khaldun sering disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja bapak sosiologi, tetapi juga bapak ilmu ekonomi karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului para pemikir Barat modern, seperti Adam Smith dan David Ricardo.

Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun atau Bapak Ekonomi: Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut, Hilmi Murad membuktikan bahwa Ibnu Khaldun terbukti secara ilmiah menjadi penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya dalam sebuah simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir tahun 1978.

Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif. Adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral, dan filsafat. Karya-karya tentang ekonomi yang disusun oleh para ilmuwan Barat bercorak tidak ilmiah karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum. Sedangkan, Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual.

Pujian terhadap Ibnu Khaldun juga datang dari Shiddiqy Boulokia, seorang ekonom. Dalam tulisannya yang bertajuk Ibn Khaldun:A Fourteenth Century Economist, Shiddiqy Boulokia, dinyatakan bahwa Ibnu Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental beberapa abad sebelum kelahiran ‘resminya’ (di Eropa).

Shiddiqy Boulokia menambahkan, Ibnu Khladun telah menemukan keutamaan dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes.

Bahkan, lebih dari itu, Ibnu Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami, yaitu mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang.

Lafter, penasihat ekonomi presiden Ronald Reagan, yang menemukan teori Lafter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, hal wajar apabila pasar yang lain akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.

Sementara itu, S Colosia dalam bukunya Constribution A L’Etude D’Ibnu Khaldaun Revue Do Monde Musulman memaparkan, sebagaimana mengutip Ibrahim Ath-Thahawi, Apabila pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu filsafat sejarah, pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan, dan upah menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern.

Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, Boulokia mengatakan, Sangat bisa dipertanggungjawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun sebagai salah seorang bapak ilmu ekonomi. Ia juga menyimpulkan bahwa Ibnu Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar yang pernah ada. 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement