ISTANBUL -- Mengingatkan kembali soal pembantaian Prancis di Aljazair dan Rwanda, Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Presiden Emmanuel Macron tidak bisa menguliahi Turki soal kemanusiaan.
Pernyataan Erdogan itu disampaikan pada simposium yang diadakan di Pulau Demokrasi dan Kebebasan melawan kudeta.
“Anda [Macron] tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah. Anda tidak tahu sejarah Prancis,” kata Erdogan seperti dilansir Anadolu Agency.
"Anda tidak bisa menguliahi kami tentang kemanusiaan," lanjut dia.
Presiden Turki kemudian mengenang pembantaian di Aljazair, yang menewaskan sekitar satu juta orang, dan di Rwanda, yang menewaskan 800.000 orang.
“Jangan main-main dengan Turki dan orang-orang Turki,” tegas Erdogan.
Sebelumnya, menjelang KTT negara anggota Uni Eropa bagian selatan pekan lalu, Macron mengatakan, Prancis harus keras dengan pemerintah Turki dan bukan dengan rakyat Turki, yang berhak mendapatkan lebih dari pemerintahan Erdogan.
"Turki tidak lagi menjadi mitra di wilayah Mediterania," kata presiden Prancis itu.
Dia mengeklaim, sekutu NATO, Turki, melakukan tindakan yang tidak bisa diterima kepada kapal Prancis di lepas pantai Libya.
Turki kemudian mengutuk Macron atas pernyataan arogannya yang disampaikan dengan refleks khas kolonial.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Macron membahayakan kepentingan Uni Eropa dengan sikap individualis dan nasionalisnya.
Tindakan yang salah
Mengenai tindakan Yunani baru-baru ini di Laut Aegea, Erdogan mengatakan bahwa Yunani mempercayai orang-orang yang berjanji untuk mendukung mereka, yang berkeliaran di sekitar pulau dengan korvet.
“Anda melakukan tindakan yang salah, jangan mengambil jalan ini. Anda akan ditinggalkan sendirian,” ujar dia.
Erdogan menggarisbawahi bahwa Turki membuat keputusannya sendiri dan menerapkannya dengan kebijaksanaan.
“Ada Turki yang mampu menangani segala jenis perjuangan, jika perlu,” tambah dia.
Ketegangan di Mediterania Timur meningkat baru-baru ini karena masalah eksplorasi energi.
Yunani terus mempermasalahkan eksplorasi energi Turki di Mediterania Timur, mencoba mengotakkan wilayah maritim Turki berdasarkan pulau-pulau kecil di dekat pantainya.
Presiden Prancis telah menjadi perantara yang mendukung Athena, meskipun tidak memiliki garis pantai Mediterania Timur.
Turki - negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania - telah mengerahkan kapal bor untuk mengeksplorasi energi di landas kontinennya dan menegaskan bahwa pihaknya dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) memiliki hak di wilayah tersebut.
Untuk mengurangi ketegangan, Turki telah menyerukan dialog untuk memastikan pembagian sumber daya yang adil.
‘Permainan perwalian apa pun yang tidak sah’
Dalam pidatonya, Erdogan juga menyinggung tentang pentingnya kemauan rakyat dan demokrasi.
“Tentang segala upaya kudeta di Turki, kita perlu tahu bahwa permainan hak asuh apapun, terutama perwalian, tidak sah, tidak nasional, tidak lepas dari kesalahan dan tidak terhormat,” tegas dia.
Dia menambahkan bahwa sejak Turki mulai menerapkan rencananya sendiri melalui parlemen, kepresidenan, kehakiman, kementerian, lembaga, terutama tentara dan diplomasi, negara itu telah berkembang jauh lebih cepat.