REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang Manchester United (MU) Bruno Fernandes mengaku sangat merindukan kehadiran penonton di tribun stadion secara langsung. Penonton absen di stadion dalam kebiasaan baru olahraga termasuk sepak bola semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia.
Bahkan, pemain asal Portugal itu menganalogikan pertandingan sepak bola di stadion yang minus penonton bak jalanan tanpa mobil. Fernandes kemungkinan akan kembali mengalami hal serupa ketika MU mengawali musim 2020/21 mereka dengan menjalani laga pekan kedua Liga Primer Inggris menjamu Crystal Palace di Old Trafford, Sabtu (19/9).
"Saya pikir saya merasakan dukungan itu di media sosial begitu banyak," kata Fernandes dilansir laman resmi MU, Jumat (18/9).
"Kami punya banyak penggemar dan saya bisa merasakan dukungan yang mereka alirkan di media sosial, di jalan-jalan, di mana pun kami berada," ujarnya menambahkan.
Hanya, Fernandes mengaku dukungan di media sosial sebanyak apapun itu tidak akan mampu menyamai sorak sorai penonton di tribun stadion secara langsung ketika pertandingan dimainkan.
"Saya pikir, sekarang yang terpenting adalah semua orang segera sehat dan secepat mungkin bisa kembali ke stadion," katanya.
"Pertandingan sepak bola tanpa penonton bukanlah pertandingan sepak bola. Saya bicara dengan Cristiano Ronaldo tentang itu setelah pertandingan tim nasional Portugal, rasanya seperti jalanan tanpa mobil. Itu bukanlah jalanan," ujar Fernandes melengkapi.
Oleh karena itu gelandang rekrutan MU pada Januari lalu tersebut berharap para penonton bisa segera diizinkan kembali menghadiri pertandingan langsung di stadion.
Operator Liga Primer pekan lalu menolak imbauan proyek percontohan ambang batas atas 1.000 penonton di tiap pertandingan yang ditetapkan pemerintah, karena dianggap lebih banyak merugikan ketimbang menguntungkan.
Proyek percontohan itu akhirnya jatuh ke EFL, operator tiga kompetisi liga di bawah Liga Primer.
Namun, belakangan Liga Primer mendesak pemerintah memberi izin penonton mulai datang ke stadion per 1 Oktober mendatang, menyusul ancaman kerugian hingga 700 juta poundsterling (sekira Rp 13 triliun) jika pertandingan terus dilangsungkan tertutup.