REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang akan segera bertemu musim flu dikhawatirkan dapat menciptakan gelombang penyakit lebih besar lagi. Para dokter dan ahli kesehatan tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi ketika Covid-19 dan flu melonjak dalam waktu bersamaan.
Ahli pun menekankan pesan yang mendesak untuk berjaga-jaga dengan mendapatkan vaksinasi flu. Bahkan, jika belum pernah mendapatkan vaksinasi sebelumnya, maka pada tahun ini disarankan melakukan vaksin.
Upaya untuk menghindari Covid-19, mulai dari penggunaan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, tetap menjadi hal penting. Namun, belum menjamin terbebas dari flu.
Ada potensi jumlah pasien rumah sakit membengkak sehingga membebani sumber daya tenaga kesehatan. Sebab, pasien flu kerap memenuhi rumah sakit sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
"Saya akan memberi tahu orang-orang yang biasanya tidak mendapat suntikan flu bahwa tahun ini akan ada cerita yang berbeda," kata Matthew Grant, kata spesialis penyakit menular di Yale University Medicine, dilansir futurity.org, Jumat (18/9).
Grant melanjutkan bahwa jika tahun ini tidak dilakukan sesuatu dengan benar, flu berpotensi menimbulkan korban yang lebih besar. Ia mengingatkan, anak-anak juga perlu divaksinasi. Caitlin Hansen, spesialis penyakit menular anak, menyarankan agar anak mendapatkan suntikan imunisasi flu.
"Karena itu adalah pilihan terbaik," ujarnya.
Berdasarkan laporan kasus flu di Australia dan negara lain di bawah garis khatulistiwa di mana virus memuncak selama musim dingin atau musim panas di AS. Tetapi belum diketahui pasti gelombang yang akan terjadi nantinya.
Pembuat vaksin telah meningkatkan pasokan dan membuat cukup vaksin flu untuk 194-198 juta dosis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan setiap orang dewasa dan anak yang berusia enaam bulan atau lebih untuk divaksinasi pada bulan September atau Oktober (meskipun vaksin akan tersedia hingga akhir musim pada Maret 2021).
Ada beberapa pilihan vaksinasi, termasuk suntikan dosis standar, suntikan dosis tinggi untuk orang yang berusia 65 tahun ke atas, dan suntikan yang dibuat dengan virus yang ditanam dalam kultur sel.