REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Gabungan Kelompok Tani Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada pertengahan September melakukan panen raya bawang merah seluas 90 hektare dengan produktivitas hingga 20 ton per hektare.
"Kita kebetulan sekarang baru musim panen, total lahan bawang merah di sini hampir 90an hektare, termasuk berhasil dan sukses karena produksi itu 15 sampai 20 ton per hektare," kata Wakil Ketua Gapoktan Desa Tirtohargo, Kretek Subowo disela panen di Bantul, Sabtu (19/9).
Menurut dia, hasil panen komoditas hortikultura pada musim saat ini dinilai menguntungkan, sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan para kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan untuk mempersiapkan musim tanam selanjutnya.
"Harga jual bawang merah per kilogram hampir Rp18 ribu sampai Rp20 ribu, jadi per hektare bisa menghasilkan ratusan juta rupiah. Di gapoktan kita ada enam kelompok tani, rata-rata setiap kelompok tani 15 hektare kali enam hampir 90an hektare," katanya.
Dia mengatakan, guna mempertahankan luasan lahan dan produksi panen bawang merah para petani mengharapkan alokasi pupuk terutama ponska ditambah, dan pengaliran air irigasi ke lahan pertanian yang terletak di selatan Bantul ini terus berlanjut.
"Bukan kita kesulitan pupuk, namun karena petani bawang membutuhkan pupuk yang banyak bagaimana wilayah lain kalau bisa dimasukkan sini, terutama ponska, kalau pupuk urea kita tidak butuh, dan kita punya tuntutan agar air tidak dihentikan," katanya.
Sementara itu, Anggota DPR RI Gandung Pardiman yang hadir dalam panen raya bawang merah di Bantul memberikan apresiasi atas upaya para petani yang dapat meningkatkan produksi panen kali ini, hal itu juga tidak lepas dari bantuan legislator ini dalam mengupayakan ketersediaan air irigasi.
"Jadi ini kemarin hampir gagal, setelah ada keluhan kita urus air minta perpanjangan 20 hari, ada solusi, kemudian ternyata berhasil dan sekarang panen raya," kata Gandung.
Bahkan, kata legislator dari Fraksi Golkar ini mengatakan, hasil panen tanaman hortikultura di Bantul tersebut sesuai target dan harga jual cukup tinggi hingga sebesar Rp20 ribu per kilogram.
"Ini saya apresiasi, namun ini sebetulnya masih bisa ditingkatkan. Kita akan bekerja sama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk meningkatkan hasil pertanian, dan petani yang sudah kita bina di Gunung Kidul hasilnya (bawang) besar-besar," katanya.