REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Alumni Sejarah dan Antropologi (Ikasa) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Nicolo Machia Fely menilai pelajaran sejarah mestinya tidak menjadi pelajaran pilihan. Menurutnya, mempelajari sejarah adalah kewajiban setiap generasi di Indonesia.
"Kami menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk tidak mengotak-atik mapel sejarah yang diajarkan di sekolah, dan diberlakukan sebagai mata pelajaran wajib jenjang SMA dan SMK," kata Nicolo, dalam keterangannya, Sabtu (19/9).
Ia beranggapan, tidak ada alasan mata pelajaran sejarah dijadikan pilihan. Nicolo melihat, mengesampingkan mata pelajaran sejarah di kurikulum pendidikan nasional bisa mengoyak akar NKRI.
Ia menjelaskan lahirnya NKRI diilhami munculnya kesadaran sejarah dan kebangsaan dari para pendiri Indonesia. "Betapa pentingnya sejarah, bisa dicermati dari dua pidato tokoh besar republik ini yang sangat fundamental dan fenomenal, pertama pidato Bung Karno 1 Juni 1945," kata dia.
Selain itu, ia juga mengutip pidato Sutan Sjahrir di hadapan Dewan Keamanan PBB pada 14 Agustus 1947 dalam upaya diplomasi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sutan Sjahrir menggunakan dalil sejarah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Sejarah disampaikan kepada setiap generasi bangsa ini untuk dan atas nama Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai dan pertahankan," kata Nicolo menambahkan.