REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Yogyakarta kembali menutup fasilitas layanan kesehatan dua puskesmas, yakni Puskesmas Wirobrajan dan Gedongtengen, setelah ada tenaga kesehatan di layanan kesehatan tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19. “Untuk sementara, masyarakat yang ingin mengakses layanan kesehatan diarahkan ke puskesmas terdekat supaya kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan tetap terpenuhi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Ariyani di Yogyakarta, Ahad (20/9).
Menurut dia, pasien yang biasanya mengakses layanan di Puskesmas Wirobrajan dapat mengakses layanan di Puskesmas Ngampilan, sedangkan pasien di Puskesmas Gedongtengen dapat mengakses layanan di Puskesmas Jetis. Penutupan dua fasilitas layanan kesehatan tersebut akan dilakukan hingga Senin (21/9) dan dilakukan proses disinfeksi selama penutupan layanan.
Di Puskesmas Wirobrajan tercatat tujuh tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19, sedangkan di Puskesmas Gedongtengen terdapat satu tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif. “Untuk di Puskesmas Gedongtengen, masih ada beberapa tenaga kesehatan yang menunggu hasil uji usap (swab),” katanya.
Sebelumnya, penutupan puskesmas juga pernah dilakukan di Puskesmas Kotagede akibat alasan yang sama yaitu muncul kasus terkonfirmasi positif dari pegawai di puskesmas tersebut. “Sudah muncul kasus tenaga kesehatan yang terpapar COVID-19. Tentunya, hal ini harus menjadi peringatan agar seluruh masyarakat memahami untuk bersama-sama mengendalikan kasus ini. Yang dibutuhkan adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan,” katanya.
Ia kembali menegaskan bahwa protokol kesehatan yang harus dipatuhi adalah mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan menjaga jarak. “Tenaga kesehatan ini setiap hari melakukan penelusuran (tracing) kasus karena jumlah yang terpapar terus bertambah. Ini juga menjadi risiko bagi mereka. Kalau semua tenaga kesehatan terpapar, terus siapa yang mau memeriksa,” katanya.
Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan akan melakukan upaya melatih tenaga puskesmas dan tenaga kesehatan untuk melakukan pengambilan sampel uji usap (swab) dan surveilans. “Proses tracing, blocking, dan pengambilan sampel uji usap terus dilakukan. Kami melakukan pengambilan uji usap berdasarkan berbagai kajian dan sasaran yang terkontrol dan dinilai berpotensi terpapar,” katanya.
Sedangkan untuk menggelar uji usap massal, kataHeroe, belum akan dilakukan tetapi menunggu kesiapan dan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki. “Banyak nakes yang kini disibukkan melakukan penelusuran (tracing) kasus dan prosesnya sendiri tidak gampang,” katanya.