Senin 21 Sep 2020 10:50 WIB

Presiden Iran: Upaya AS Perpanjang Embargo Senjata Gagal

Presiden Iran Hassan Rouhani mengapresiasi kekuatan dunia karena menolak tekanan AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Presiden Iran Hassan Rouhani mengapresiasi kekuatan dunia karena menolak tekanan AS. Ilustrasi.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. Presiden Iran Hassan Rouhani mengapresiasi kekuatan dunia karena menolak tekanan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengapresiasi kekuatan dunia karena menolak tekanan Amerika Serikat (AS) untuk mengembalikan sanksi PBB. Dia mengatakan upaya AS telah mencapai titik kegagalan yang definitif.

"Hari ini akan menjadi hari yang tak terlupakan dalam sejarah diplomasi negara kita," ujar Iran dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pada Ahad (20/9).

Baca Juga

Rouhani mengatakan AS telah mencoba mengumpulkan dukungan setelah mereka menarik diri dari kesepakatan nuklir (JCPOA). Mereka berharap Iran bertindak tidak rasional sehingga AS memiliki alasan untuk membentuk koalisi internasional melawan Teheran.

"Hari ini kami dapat mengatakan 'tekanan maksimum' AS terhadap bangsa Iran, secara politik dan hukum, telah berubah menjadi 'isolasi maksimum' bagi AS," kata Rouhani.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump berencana mengeluarkan perintah eksekutif untuk menjatuhkan sanksi kepada siapa pun yang melanggar embargo senjata terhadap Iran. Pemerintahan Trump mengatakan semua sanksi PBB terhadap Iran harus dikembalikan dan embargo senjata konvensional yang berakhir pada Oktober semestinya diperpanjang.

Embargo senjata akan berakhir pada 18 Oktober di bawah ketentuan resolusi yang menaungi kesepakatan nuklir Iran. Resolusi yang ditawarkan AS menyerukan perpanjangan embargo terhadap Iran tanpa ada batas tertentu. AS lalu mengancam akan memaksakan pengembalian sanksi PBB jika resolusi tidak diperpanjang, dengan menggunakan teknik kontroversial yang disebut "snapback".

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut para pemimpin Eropa belum ada yang bersuara untuk menghentikan penjualan senjata ke Iran. Pompeo mengatakan kepada Fox News, Eropa tidak sepihak dengan AS dalam memperpanjang embargo penjualan senjata terhadap Iran.

Berbicara dengan syarat anonim, seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa Washington akan memberikan sanksi kepada puluhan orang dan entitas yang terlibat dalam program senjata nuklir, rudal, dan konvensional Iran.

Pada 2018 AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi AS. Washington juga mengatakan telah memicu kembalinya semua sanksi PBB terhadap Iran, yang akan berlaku akhir pekan ini.

Namun pihak lain dalam kesepakatan nuklir yakni Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan sebagian besar Dewan Keamanan PBB mengatakan mereka tidak yakin Amerika Serikat dapat memberlakukan kembali sanksi PBB. Para diplomat mengatakan hanya sedikit negara yang kemungkinan akan menerapkan kembali sanksi PBB terhadap Iran.

Tekanan ekonomi dari Washington di Teheran mendorong mata uang lokal turun ke level terendah yang pernah terjadi pada Ahad (20/9). Mata uang Iran turun menjadi 272.500 terhadap dolar AS di toko-toko penukaran uang di seluruh ibu kota. Rial telah kehilangan lebih dari 30 persen nilainya terhadap dolar sejak Juni, karena sanksi AS terhadap Iran terus menghancurkan kemampuannya untuk menjual minyak secara global.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement