REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peninggalan Nabi Muhammad SAW kepada dunia ini bukanlah sebongkah kekayaan dunia yang fana. Nabi meninggalkan teladan, menguatkan ajaran ketauhidan, dan menebar kasih sayang untuk menghapuskan permusuhan di muka bumi.
Saat sakit jelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada umat manusia. Contoh ini sangat berharga dan sudah selayaknya menjadi warisan adab dan teladan yang perlu diteruskan oleh segenap umat manusia.
Dalam buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haikal dijelaskan, Nabi berkata ketika dalam keadaan sakit dan berwasiat kepada seluruh umat manusia:
“Ya ayyuhannasu, man kuntu jaladtu lahu zhuhran fa hadza zhahriy falyastaqid minniy, wa man kuntu syatamtu lahu irdhan fahadza irdhiy falyastaqhid minhu, wa man akhadztu lahu ma lan fa hadza maliy falya’khudz minhu, wa la yakhsya as-syahna-a fa hiya laisat min sya’ni,”.
Yang artinya: “Wahai manusia, barangsiapa punggungnya pernah kucambuk, ini punggungku, balaslah. Barangsiapa yang kehormatannya pernah kucela, ini kehormatanku, balaslah. Dan barangsiapa yang hartanya pernah kuambil, ini hartaku, ambillah. Janganlah takut akan terjadi permusuhan, karena itu bukan bawaanku (sifatku),”.
Begitulah Rasulullah SAW. Beliau meninggalkan warisan rohani yang agung yang selalu memancar di alam semesta ini. Maka, Allah akan menyempurnakan ajaran-Nya dan akan menolong agama-Nya di atas semua agama sekalipun oleh orang-orang kafir yang tidak diakui.