Senin 21 Sep 2020 14:59 WIB

Anggota Masjid Toronto Nilai Penikaman Terakait Kebencian

Anggota Masjid Toronto meminta polisi selidiki penikaman sebagai kejahatan kebencian.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Kubah masjid berlafaskan Allah (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Kubah masjid berlafaskan Allah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Anggota Masjid Toronto, Kanada meminta polisi untuk menyelidiki pembunuhan kepada seorang relawannya, Mohamed Aslim Zafis (58 tahun) sebagai kejahatan bermotif kebencian. Mereka menyebut pembunuhan ini sebagai "kekerasan yang kurang ajar" dan telah mengguncang masyarakat.

Pada Sabtu (12/9), Mohamed Aslim Zafis sedang duduk di luar masjid Organisasi Muslim Internasional (IMO) dekat Rexdale Boulevard dan Bergamot Avenue untuk memastikan semua orang mematuhi peraturan kesehatan Covid-19. Seketika ia didekati oleh seorang pria dan ditikam hingga dinyatakan meninggal di tempat kejadian.

Sekitar 75 orang berkumpul di luar masjid yang sama, pada Sabtu (19/9) berdoa dan mengenang Zafis yang dikenal karena amal dan niat baiknya.

“Dia orang baik. Seorang pria yang baik dengan teman-temannya dan seorang pria yang menjaga tempat ibadah ini dengan segala upaya, ”kata Omar Farouk, presiden IMO, saat berpidato di depan kerumunan.

 “Kenyataannya adalah setiap orang tahu bahwa saudara Mohamed akan bersaksi untuk ini.”tambahnya.

Farouk mengatakan bahwa kematian Zafis telah membuat "gelombang ketakutan dan keprihatinan yang mendalam" ke seluruh komunitas, setelah semakin banyak insiden kebencian yang menargetkan komunitas muslim.

“Namun, saya ingin menegaskan bahwa kami tidak akan terintimidasi, kami tidak akan pergi mengendap-ngendap di malam hari. Dalam beberapa hari kami akan memberi tahu Anda kapan masjid akan dibuka kembali untuk sholat. Karena kenyataannya tidak ada yang akan menghentikan kita untuk berada di sini, tempat yang kita cintai,"ujarnya.

Sambil berlinang air mata, CEO Dewan Nasional Muslim Kanada, Mustafa Farooq, berbicara tentang kisahnya saat dia mengetahui kematian Zafis.

“Tepat satu minggu yang lalu, hampir sampai satu jam, saya berdiri di sana dalam kegelapan, dengan sirene berkedip biru dan merah. Kami harus melihat pemandangan yang tidak boleh dilihat oleh siapa pun. Biar saya perjelas, seorang pria datang ke masjid ini. Dia membunuh saudara kita Mohamed Aslim Zafis dengan menggorok lehernya. Dia sedang berbaring di sana. Itu adalah tindakan kekerasan yang kurang ajar," kata Farooq.

Baik Farooq dan Farouk memuji polisi Toronto atas penyelidikan cepat mereka, yang berujung pada penangkapan seorang pria berusia 34 tahun pada Jumat lalu.

Tersangka, yang diidentifikasi oleh polisi sebagai Guilherme "William" Von Neutegem, telah didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama sehubungan dengan insiden tersebut. Pada saat yang sama, IMO meminta polisi untuk terus menyelidiki kematian Zafis sebagai kejahatan kebencian.

“Faktanya adalah bahwa ketika saudara kita digorok di depan masjid di tengah risiko lembaga-lembaga keagamaan terus menerus diserang, di tengah meningkatnya jumlah insiden kebencian yang menargetkan komunitas Muslim, kita harus tanggapi masalah ini dengan sangat serius, ” kata Farouk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement