Senin 21 Sep 2020 15:15 WIB

Duterte Longgarkan Larangan Berpergian Bagi Pekerja Medis

Presiden Filipina Rodrigo Duterte meringankan larangan perjalanan ke luar negeri

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meringankan larangan perjalanan ke luar negeri bagi pekerja medis. Ilustrasi.
Foto: Ace Morandante/Fotografer Istana Malacanang v
Presiden Filipina Rodrigo Duterte meringankan larangan perjalanan ke luar negeri bagi pekerja medis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meringankan larangan perjalanan ke luar negeri bagi para perawat Filipina dan pekerja medis lainnya. Duterte mengizinkan lebih banyak orang lagi bisa bekerja di luar negeri karena pemerintahnya yakin wabah virus corona telah terkendali.

Juru bicara Kepresidenan Harry Roque mengatakan presiden telah menyetujui proposal kementerian tenaga kerja untuk memperluas pengecualian dari larangan perjalanan ke luar negeri. Proposal itu mengatakan mereka yang memiliki kontrak di luar negeri dan dokumen lengkap per 31 Agustus dapat diizinkan ke luar negeri.

Baca Juga

Sejauh ini, hanya mereka yang memiliki kontrak hingga 8 Maret yang diizinkan bepergian. Ribuan petugas kesehatan, yang menyebut diri mereka "priso-nurses", telah meminta pemerintah agar mengizinkan mereka bepergian. Para perawat mengatakan mereka merasa dibayar rendah, dihargai rendah, dan tidak terlindungi di Filipina.

Roque menyebut keputusan presiden akan menguntungkan 1.500 tenaga kesehatan. "Ini adalah perawat yang sudah menghabiskan banyak (uang) untuk memproses surat-surat mereka. Mereka tidak banyak jadi kami mengizinkan mereka pergi," kata Roque seperti dikutip laman Channel News Asia, Senin.

Petugas kesehatan dari Filipina berada di garis depan pandemi di banyak rumah sakit di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Timur Tengah serta di dalam negeri. Pada April, pemerintah Duterte melarang perawat, dokter, dan pekerja medis lainnya pergi ke luar negeri. Duterte mengatakan mereka diperlukan untuk memerangi krisis virus corona di Filipina yang masih menangani gelombang infeksi pertama.

Negara ini memiliki jumlah infeksi virus corona tertinggi di Asia Tenggara dengan catatan 286.743 kasus. Sementara 4.984 kematiannya adalah yang kedua setelah Indonesia.

Namun, Roque bersikeras tidak ada alasan untuk panik. "Kami memegang kendali," ujar Roque. "Kami tahu musuh dan kami tahu bagaimana melawan musuh melalui isolasi, pelacakan dan perawatan," ujarnya menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement