REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Perdana Menteri Hungaria Victor Orban mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terpilih kembali dalam pemilihan November mendatang. Ia mengatakan pemimpin-pemimpin non-liberal seperti dirinya menolak 'imperialisme moral' yang dipaksakan Partai Demokrat.
"Kami mendukung kemenangan Donald Trump, karena kami mengenal diplomasi pemerintahan Partai Demokrat Amerika, membangun imperialisme moral, sebelumnya kami dipaksa mencontohnya, kami tidak menyukainya, kami tidak ingin yang kedua kali," tulis Orban dalam sebuah esai, Senin (21/9).
Dalam pemilihan parlemen yang akan digelar awal tahun 2022 mendatang. Diprediksi Orban yang berasal dari Partai Nasionalis itu akan menghadapi tantangan paling berat sepanjang sepuluh tahun berkuasa di Hungaria. Negara itu menghadapi dampak sosial dan ekonomi gelombang kedua wabah infeksi virus Corona.
Dalam esai yang ditulis di surat kabar pro-pemerintah Magyar Nemzet. Orban mengatakan pemilihan umum di AS sangat menentukan. Sebab, menurut Orban, kelompok yang ia sebut sebagai elite liberal internasional sedang mengincar konservatif Kristen Eropa.
"Mereka akan menghadapi pertarungan menentukan pada tahun 2022, didukung oleh media internasional, birokrat dan Lembaga Swadaya Masyarakat terkenal sebagai organisasi sipil, saat sudah waktunya bagi kami juga turut merapatkan barisan," katanya.
Ia mengatakan Hungaria dan negara-negara Eropa tengah lainnya lebih memilih untuk menerapkan efisiensi ekonomi dibandingkan kebijakan-kebijakan Uni Eropa. Seperti tujuan perubahan iklim hingga ke level keabsurdan, kode pajak bersama, dan masyarakat multikultural.
Uni Eropa akan mencoba mengimplementasikan rencana pemulihan ekonomi pascapandemi senilai triliunan dolar. Namun rapat negara anggota untuk memutuskan rencana ini belum digelar.
Orban menilai syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi negara anggota untuk mendapatkan dana bantuan Uni Eropa itu sangat ketat.
Ia mengancam akan memveto seluruh paket bantuan, sebab menurutnya, bantuan tersebut lebih mirip 'pemerasan'. Orban mengatakan hasil akhir dari perdebatan ini ditentukan pada pemilu mencari pengganti Kanselir Jerman Angela Merkel.