Senin 21 Sep 2020 15:28 WIB

Produksi Pertanian Purwakarta Surplus dengan Gowah

Produktivitas padi gowah mencapai 6, 2 ton per hektarenya.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Fuji Pratiwi
Petani memanen padi gogo di sawah tadah hujan (ilustrasi). Program tanam padi gogo sawah (gowah) juga menjadi salah satu andalan meningkatkan hasil produksi padi Purwakarta, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petani memanen padi gogo di sawah tadah hujan (ilustrasi). Program tanam padi gogo sawah (gowah) juga menjadi salah satu andalan meningkatkan hasil produksi padi Purwakarta, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mencatat hasil produksi pertanian yang surplus setiap tahunnya. Hasil pertanian Purwakarta menjadi salah satu daerah penyumbang bahan pokok beras bagi wilayah Jabodetabek.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Agus Rachlan Suherlan mengatakan, surplus hasil produksi pertanian ini bukan tanpa perjuangan. Salah satu yang menjadi indikatornya, karena sejak beberapa tahun ini petani di Purwakarta tak kenal lagi dengan musim tanam.

Baca Juga

"Para petani di Purwakarta terus digenjot dalam hal peningkatan indeks pertanaman (IP)," kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/9).

Agus menuturkan, program tanam padi gogo sawah (gowah) juga menjadi salah satu andalan meningkatkan hasil produksi padi. Konsep gowah, sejauh ini menjadi strategi Purwakarta meminimalisasi kerugian akibat kekeringan yang kerap melanda pada musim kemarau. Dengan cara ini, diharapkan hasil produksi petani tidak terjun bebas saat musim kemarau berlangsung.

Salah satu alasan diterapkannya program tanam gowah ini karena selama 2019 lalu musim kemarau cukup panjang. Sehingga, pemerintah berupaya membuat terobosan untuk mengantisipasi dampak kondisi tersebut.

Agus menjelaskan, di Purwakarta sendiri ada enam titik demplot gowah yang tersebar di sejumlah kecamatan. Meskipun, ia mengakui padi gowah memang ada plus dan minusnya.

Plusnya, padi yang biasa ditanam di lahan darat, tahun lalu terpaksa ditanam di sawah. Jadi meskipun kemarau, tidak ada sawah yang tidak produktif. "Kalau produktivitasnya, sama seperti padi sawah pada umumnya, mencapai 6, 2 ton per hektarenya," ucap Agus.

Adapun minusnya, lanjut Agus, biaya produksi padi gowah jauh lebih besar. Sebab, petani harus rajin menyirami tanaman padinya menggunakan pompa. Serta, dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Sebab, padi ini ditanam dengan cara ditugal. Kemudian, masa tanam sampai panennya lebih lama ketimbang padi sawah pada umumnya.

"Biasanya padi sawah ditanam sekitar tiga bulan 10 hari. Tapi, padi gowah bisa lebih dari empat bulan. Jadi, padinya lebih lama tinggal di areal sawah," ujar Agus.

Untuk tahun ini program gowah tidak ada. Sebab, musim kemarau tahun ini sifatnya basah. Karena, masih ada hujan yang turun. Sehingga, saat memasuki puncak kemarau, tanaman padi cenderung aman. Tidak khawatir mengalami kekeringan, gagal tanam, gagal panen, bahkan puso.

"Jadi, gowah ini hanya digulirkan ketika kondisinya sudah benar-benar rawan. Kalau tahun ini, kami bisa bernafas lega. Sebab, saat kemarau ini belum ada laporan sawah yang kekeringan," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement