Senin 21 Sep 2020 19:04 WIB

Katib ‘Aam PBNU akan Tampil di Majelis Umum PBB

Katib 'Aam akan membahas soal pandangan NU soal hak asasi manusia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Katib ‘Aam PBNU akan Tampil di Majelis Umum PBB. Foto: Penulis buku PBNU Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Katib ‘Aam PBNU akan Tampil di Majelis Umum PBB. Foto: Penulis buku PBNU Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf saat acara peluncuran buku di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNI), Yahya Cholil Staquf dijadwalkan untuk tampil di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly), Rabu (23/9) pukul 9.00 pagi waktu New York (EDT: Eastern Daylight Time), atau pukul 20.00 WIB.

Tokoh NU yang akrab dipanggil Gus Yahya ini akan berbicara dalam panel tentang Hak Asasi Manusia yang diprakarsai oleh Amerika Serikat. Panelis lainnya adalah Mary Ann Glendon, seorang profesor emeritus bidang hukum dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, dan Hu Ping, seorang aktivis demokrasi asal China.

Baca Juga

“Saya akan memaparkan pandangan-pandangan dan wacana terkait Hak Asasi Manusia yang telah berkembang di lingkungan Nahdlatul Ulama. Mulai dari teologi Ukhuwah Basyariyah yang dicetuskan oleh KH Achmad Siddiq pada 1984, Deklarasi Nahdlatul Ulama ISOMIL 2016, Deklarasi Islam Untuk Kemanusiaan 2017, Manifesto Nusantara 2018, dan Hasil Bahtsul Masail Musyawarah nasional Alim-Ulama Nahdlatul Ulama di Kota Banjar 2019 yang lalu,” kata Gus Yahya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (21/9).

Untuk diketahui, pada 8 Juli 2019 lalu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Michael R. Pompeo, berinisiatif membentuk Commission on Unalienable Rights (Komisi untuk Hak-hak Manusia yang Tak Dapat Dibatalkan). Komisi ini beranggotakan sebelas orang dari kalangan intektual, filsuf dan agamawan Amerika.

Di antara mereka adalah Hamzah Yusuf Hanson, tokoh muslim pemilik Zaituna Foundation di Berkeley; David Tse-Chien Pan dari Universitas California; Rabbi Meir Soloveichik, seorang pemimpin Yahudi Ortodoks, dan lain-lain.

Komisi yang diketuai Mary Ann Glendon itu ditugasi untuk memberikan pertimbangan kepada Pemerintah Amerika Serikat dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait hak-hak asasi manusia, dengan didasarkan atas prinsip-prinsip dasar Amerika dan Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948. Pada 26 Agustus 2020, Komisi itu meluncurkan hasil kerja mereka dan telah diterjemahkan ke dalam tujuh bahasa.

Panel Majelis Umum PBB yang memghadirkan Gus Yahya tersebut dimaksudkan untuk mendialogkan pandangan-pandangan Komisi tersebut dengan tradisi-tradisi yang berbeda, dalam hal ini dengan Islam dan Konfusianisme.

Panel akan dibuka oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Kelly Craft, dan pidato kunci oleh Mike Pompeo sendiri. Panel yang dilangsungkan secara daring itu akan dipandu oleh Robert A. Destro, Asisten Sekretaris Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Tenaga Kerja, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement