Selasa 22 Sep 2020 08:40 WIB

Menlu: PBB Jangan Terjebak pada Retorika

Indonesia terus memegang teguh nilai-nilai multilateralisme.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menyatakan, harapan dunia terhadap PBB makin tinggi dan PBB dharapkan tidak terjebak pada retorika semata. Pesan ini disampaikannya secara virtual saat mewakili Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) PBB untuk memperingati 75 tahun berdirinya PBB, Senin (21/9) waktu Amerika Serikat (AS) atau Selasa (22/9) pagi waktu Indonesia.

Perhelatan yang digelar di tengah pandemi Covid-19 kali ini bertemakan “The Future We Want, the United Nations We Need: Reaffirming Our Collective Commitment to Multilateralism”. Ini ditujukan untuk memetakan jalan menuju masa depan dunia yang lebih baik serta efektivitas penanganan berbagai tantangan global.

“Ekspektasi dunia terhadap PBB makin meningkat untuk dapat memperkuat kepemimpinan global dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas,” kata Retno dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.

Ia menilai, tantangan kerja sama multilateral makin besar dengan meningkatnya rivalitas dan kebijakan unilateralisme sejumlah negara. Retno mengingatkan bahwa hal tersebut tidak dapat dibiarkan karena negara lemah akan makin terpinggirkan.

“Tanpa multilateralisme, kekuatan besar yang akan menguasai segalanya," kata Retno.

Retno menyampaikan dukungan Indonesia pada multilateralisme. Ia juga menggarisbawahi dukungan Indonesia atas peranan sentral PBB dalam mengatasi berbagai tantangan global.

"Indonesia terus memegang teguh nilai-nilai multilateralisme dan mendukung peran PBB sebagai platform utama dunia dalam mengatasi berbagai tantangan global," katanya di hadapan sidang.

Dengan semangat ini, Indonesia bersama sejumlah negara lain telah mengajukan Resolusi Majelis Umum PBB mengenai “Solidaritas Global dalam Melawan Covid-19”, yang menekankan peranan sentral PBB dalam penanganan pandemi.

Retno menawarkan dua solusi. Pertama, PBB harus memberikan dampak nyata dan tidak terjebak pada retorika. Dalam jangka pendek, hal ini dapat tecermin dalam upaya menjamin dan memfasilitasi akses kebutuhan vaksin dan obat-obatan yang terjangkau bagi semua negara. Dalam jangka panjang, PBB harus berupaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi global dan penguatan sistem kesehatan global.

"Kedua, PBB harus tetap relevan dan dapat mengantisipasi tantangan mendatang. Untuk itu, PBB harus terus memperbaiki diri agar tetap efisien, adaptif, dan memiliki kemampuan deteksi dini," ujarnya. 

Peringatan 75 tahun berdirinya PBB merupakan salah satu pertemuan dalam rangkaian SMU ke-75 PBB yang berlangsung dari 21 September hingga 2 Oktober 2020. Mengingat kondisi pandemi, penyelenggaraan SMU PBB kali ini dilaksanakan secara hybrid. Pertemuan fisik di Markas Besar PBB di New York hanya dihadiri oleh perwakilan negara yang berkedudukan Amerika Serikat. Seluruh delegasi lainnya mengikuti pertemuan secara virtual. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement