Selasa 22 Sep 2020 09:33 WIB

Polisi Selidiki Amplop Beracun yang Dikirim ke Gedung Putih

Ahli kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak RCMP pimpin penyelidikan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Petugas FBI (ilustrasi). Tim khusus ahli kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak RCMP memimpin operasi penyelidikan amplop beracun.
Foto: Reuters
Petugas FBI (ilustrasi). Tim khusus ahli kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak RCMP memimpin operasi penyelidikan amplop beracun.

REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Amplop beracun yang dikirim ke Gedung Putih berasal dari Kanada. Polisi Kanada menggeledah sebuah apartemen di pinggiran kota Montreal untuk mencari barang bukti yang kemungkinan masih tertinggal.

Terduga pelaku berjenis kelamin perempuan telah ditangkap di perbatasan AS-Kanada dekat Buffalo, New York pada Ahad (20/9). Perempuan itu memiliki dua kewarganegaraan yakni Kanada dan Prancis. Dia mengirim amplop berisi racun risin ke Gedung Putih dan lima surat beracun lainnya ke Texas.

Baca Juga

“Kami yakin total enam surat telah dikirim, satu ke Gedung Putih dan lima ke Texas. Kami tidak dapat memastikan bahwa dia tinggal di (apartemen), tetapi itu terhubung dengannya," ujar petugas Royal Canadian Mounted Police (RCMP), Charles Poirier.

Tim khusus ahli kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak RCMP memimpin operasi penyelidikan. Seorang sumber penegak hukum AS mengatakan kepada Reuters bahwa FBI sedang menyelidiki beberapa surat yang dicurigai dikirim ke fasilitas penegakan hukum dan penahanan di Texas Selatan. Sejauh ini belum ditemukan kaitan antara pengiriman surat beracun itu dengan kelompok politik tertentu atau teroris.

Juru bicara departemen kepolisian di Mission, Texas, Art Flores mengatakan kepolisian menerima surat yang mencurigakan dalam sepekan terakhir. Departemen polisi tidak membuka amplop itu dan langsung menyerahkannya kepada FBI.

Risin biasanya ditemukan di dalam biji jarak dan merupakan racun yang sangat mematikan. Risin dapat menyebabkan kematian dalam waktu 36 hingga 72 jam dengan paparan dalam jumlah sangat kecil. Sejauh ini tidak ada penawar untuk racun tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement