Selasa 22 Sep 2020 10:43 WIB

Wapres: Jangan Gampangkan Perkuliahan Metode Daring

Perkuliahan berbasis daring jangan mengecualikan kualitas pembelajaran.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat meresmikan Universitas Siber Asia melalui daring, Selasa (22/9).
Foto: Dok.KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat meresmikan Universitas Siber Asia melalui daring, Selasa (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta agar perkuliahan berbasis daring tidak mengecualikan kualitas pembelajaran maupun pengujian. Ma'ruf mengatakan, lembaga pendidkan tinggi berbasis daring justru diharapkan mampu meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia serta mendorong daya saing di tingkat internasional.

"Dalam pelaksanaan metode e-learning adalah agar jangan terjadi moral hazard yang menggampangkan metode pembelajaran secara daring ini. Tidak boleh ada excuse terhadap kualitas, baik kualitas pembelajaran maupun pengujian," ujar Ma'ruf saat meresmikan Universitas Siber Asia melalui daring, Selasa (22/9).

Baca Juga

Ma'ruf menekankan, mahasiswa harus tetap bisa diuji dengan standar yang sama dengan pembelajaran konvensional, meski sistem pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini untuk memastikan kualitas pembelajaran dan lulusan program studi ini tetap dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Namun, Ma'ruf mengatakan, pembelajaran secara daring juta memiliki tantangan tersendiri bagi pengajar maupun mahasiswanya. Karena itu, diperlukan kreativitas yang tinggi, baik bagi pengajar maupun mahasiswanya.

"Para dosen harus keluar dari gaya konvensional dan lebih inovatif dalam menyiapkan materi dan mekanisme pembelajaran, serta memanfaatkan seluruh potensi teknologi yang ada untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Di sisi lain, mahasiswa juga dituntut harus lebih mandiri," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Ma'ruf menyambut baik peresmian Universitas Siber Asia sebagai perguruan tinggi yang mengusung pembelajaran penuh secara online (e-learning). Ma'ruf meyakini, pendirian kampus berbasis daring akan memberikan akses pendidikan tinggi yang seluas-luasnya dan terjangkau kepada masyarakat.

Apalagi, data BPS menunjukan angka pertispasi kasar (APK) perguruan tinggi pada tahun 2019 masih sekitar 30,28 persen. Artinya dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 19-23 tahun, masyarakat yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi hanya sekitar 30 persen.

Sedangkan menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS, pada Februari 2020, angkatan kerja kita yang berjumlah 137,91 juta, hanya 14,2 juta lulusan perguruan tinggi atau hanya 10,3 persen yang berkesempatan menikmati pendidikan tinggi.  "Adanya Universitas Siber Asia ini, saya berharap angka-angka tersebut akan terus meningkat. Sehingga masyarakat yang dapat menikmati pendidikan tinggi akan terus bertambah," katanya.

Selain itu, ia juga berpesan kepada Universitas Siber Asia agar membekali pendidikan karakter kebangsaan bagi para mahasiswanya. Sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, menempatkan kepentingan masyarakat sebagai yang utama tanpa memandang suku, agama maupun golongan.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement