REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dadang Kurnia
SURABAYA -- Deretan pantai yang menawan, alas yang terjaga kelestariannya, hingga gunung-gunung yang menjulang tinggi menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi. Ditambah lagi desa-desa wisata yang terus bermunculan, serta acara-acara seni budaya yang digelar bergantian. Tidak berlebihan rasanya jika menempatkan Kota Gandrung di urutan teratas pada daftar daerah yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Jawa Timur.
Sayang, pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, khususnya Jawa Timur, membuat sektor pariwisata lumpuh. Meskipun terpuruknya dunia wisata tak hanya melanda ujung timur Pulau Jawa, tapi turut dirasakan daerah-daerah lainnya. Padahal dunia wisata ini memiliki andil besar dalam menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Khususnya yang tinggal di sekitar destinasi.
Seiring munculnya wacana penerapan era kenormalan baru (new normal), pemerintah beserta pihak terkait mulai merancang strategi guna membangkitkan kembali sektor pariwisata. Beberapa destinasi wisata di Bumi Blambangan pun dipilih menjadi percontohan pembukaan destinasi wisata di era kenormalan baru. Bukan tanpa alasan. Karena Banyuwangi dianggap paling siap dibanding daerah lainnya.
"Wajib bagi destinasi yang dibuka di Banyuwangi menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19. Semua kita terapkan. Para wisatawan yang mau masuk Bangsring Underwater contohnya, mereka wajib memakai masker," kata pengelola Bangsring Underwater, Sukir, dikonfirmasi Senin (20/9).
Bangsring Underwater memang dipilih menjadi salah satu destinasi wisata yang menjadi percontohan di era kenormalan baru. Tentunya selain Gunung Ijen, Alas Purwo, Pantai Merah, dan beberapa destinasi wisata lainnya. Sukir menegaskan, penerapan protokol kesehatan wajib hukumnya diterapkan pengelola wisata.
Pria yang juga menjabat Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kabupaten Banyuwangi tersebut meyakinkan, seluruh wisata yang telah dibuka kembali di Kota Osing telah dengan ketat menjalankannya. Utamanya di 56 destinasi wisata di bawah Pokdarwis Kabupaten Banyuwangi.
Mulai dari penyediaan tempat cuci tangan lengkap dengan sabunnya, penyebaran hand sanitizer, penyemprotan disinfektan rutin, hingga pembatasan jumlah pengunjung. Bangsring Underwater contohnya. Jumlah pengunjung dibatasi maksimal 500 orang per hari. Padahal kapasitas normalnya bisa berkali-kali lipat dari jumlah tersebut.
"Jadi kita lebih memperhatikan protokol kesehatan daripada berlomba-lomba mendatangkan wisatawan, tapi penerapan protokol pencegahan Covid-19 amburadul," ujar Sukir.
Sukir melanjutkan, pihaknya telah membuat kesepakatan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, untuk tidak melanggar protokol kesehatan. Konsekuensi pun telah disepakati. Dimana ketika ada destinasi wisata yang melanggar protokol kesehatan, akan ditutup hingga pendemi benar-benar usai.
"Makanya kita (pengelola wisata) takut kalau melanggar dan ditutup kembali oleh pemerintah," kata Sukir.
Sukir mengaku, ketatnya penerapan protokol kesehatan tersebut sukses meyakinkan wisatawan mendatangi destinasi wisata di daerah berjuluk The Sunrise of Java tersebut. Dia kembali menjadikan Bangsring Underwater sebagai contoh. Sejak kembali dibuka pada 20 Juni 2020, sudah ada lebih dari 20 ribu kunjungan wisatawan ke sana. Menurutnya itu menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk berwisata secara aman di Banyuwangi telah terbentuk.
"Wisatawan kita malah banyak dari luar kota. Dari luar provinsi juga sudah banyak. Dari Jakarta terutama," ujar Sukir.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi M. Yanuarto Bramuda menegaskan, pihaknya terus menelurkan inovasi-inovasi agar pengelola tempat wisata bisa beradaptasi dengan protap dan aturan yang ketat, terkait penerapan protokol kesehatan. Termasuk perhotelan, restoran, dan warung makan. Sebab, kata dia, itu menjadi satu-satunya cara agar wistawan bersedia datang ke Banyuwangi. Yakni dengan meyakinkan bahwa tempat wisata yang dikunjungi aman dari penularan Covid-19.
Pria yang akrab disapa Bram itu mencontohkan upaya yang dilakukan agar pelaku usaha kuliner bersedia menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan konsisten. Salah satunya dengan pemasangan stiker bertuliskan “Jika menemukan pedagang tidak memakai masker dan sarung tangan, maka pembeli atau pengunjung tidak perlu membayar atau gratis.”
"Untuk mengimbau agar selalu konsisten menjalankan protokol kesehatan, peraturan yang dibuat dan disepakati harus benar terealisasi dan dipatuhi. Ini tidak lepas dari kerja sama dari seluruh masyarakat Banyuwangi," kata Bram saat menjadi pembicara di acara Webinar bertema "Bagaimana Pariwisata Banyuwangi Survive di Tengah Pandemik."
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, tatanan normal baru memberikan harapan bagi industri pariwisata Jatim untuk bangkit, setelah terpuruk akibat wabah Covid-19. Itu lah mengapa Pemprov Jatim menggencarkan pembentukan wisata tangguh. Wisata tangguh diyakini memiliki efek domino bagi pemulihan ekonomi Jatim.
Dimana semakin banyak area wisata yang dibuka, akan menarik banyak wisatawan. Baik yang berasal dari Jatim, luar provinsi, bahkan internasional. Dampak selanjutnya adalah perbaikan ekonomi masyarakat, yang akan meningkatkan daya beli. Ekonomi Jatim yang sempat terkontraksi 5,90 persen di kuartal II 2020 pun, diharapkan bisa terdorong tumbuh, dan jurang resesi bisa dihindari.
Menurut Khofifah, yang terpenting adalah seluruh pihak terkait bisa disiplin menjalankan protokol kesehatan secara ketat. "Tolong saling menjaga. Pengunjung harus ikuti protokol kesehatan dan wajib menggunakan masker. Sebab Covid-19 tak mengenal gunung maupun laut. Kita semua harus tetap selalu waspada," ujar gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Keseriusan Pemprov Jatim dalam upayanya membangkitkan sektor pariwisata tergambar dalam keikutsertaannya menegakkan protokol kesehatan di area wisata. Dimana Khofifah terus menyalurkan bantuan agar protokol kesehatan di tempat wisata, benar-benar diterapkan secara ketat dan konsisten.
Bantuan yang disalurkan berupa thermal gun, face shield, masker, hingga sarana mencuci tangan. Pemprov Jatim juga memberikan dukungan berupa hand sanitizer dan sabun, untuk memudahkan pengunjung mengakses pembunuh virus. Selain itu, kata Khofifah, yang tidak kalah pentingnya, Pemprov Jatim memberikan bantuan alat pelindung diri (APD) dan perangkat desinfektasi.
Jauh sebelum itu, Khofifah juga telah mengeluarkan SE Gubernur bernomor 650/28404/118.1/2020, perihal Tatanan Kenormalan Baru di Sektor Pariwisata Jatim. Kemudian ditindaklanjuti dengan SK Kadisbudpar Jatim bernomor 556/199/118.5/2020, tentang Petunjuk Teknis SOP Protokol Kesehatan di Lingkungan Usaha Pariwisata.
Dua surat tersebut diharapkannya benar-benar diterapkan di area wisata. Seperti kewajiban mengenakan masker bagi pengelola dan pengunjung. Kemudian adanya batasan pengunjung 50 persen dari kapasitas total destinasi wisata, penerapan jaga jarak, hingga pengaturan arus keluar masuk pengunjung.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, Sinarto berharap adanya pergerakan yang lebih positif setelah sejumlah destinasi wisata Jatim melakukan reopening, disertai penerapan protokol kesehatan. Diakuinya, ada sekitar 500 destinasi wisata Jatim yang telah melakukan reopening dari total 969 objek wisata. Adapun tingkat kunjungan mencapai satu jutaan orang.
Sinarto juga mengungkapkan jumlah usaha penunjang pariwisata yang sudah melakukan pembukaan ulang, setelah sempat tutup akibat wabah Covid-19. Di antaranya sebanyak 869 hotel dari total 2.225 hotel di Jatim. Kemudian ada sebanyak 2.934 restoran atau rumah makan yang telah buka kembali, dari total 4.203 restoran yang ada di wilayah setempat.