REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bupati Bogor, Jawa Barat Ade Yasin memastikan hingga kini penanganan bencana di wilayahnya masih terkendali meski sempat diguyur dengan curah hujan ekstrem pada Senin (21/9) petang.
"Alhamdulillah sudah tertangani oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) karena kita punya tim reaksi cepat, sampai saat ini masih terkendali dan tidak ada korban jiwa," ujarnya saat ditemui di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/9).
Menurutnya, meski tidak ada korban jiwa, tapi ada kerusakan materi berupa rumah, jembatan, dan jalan akibat bencana di 39 titik Kabupaten Bogor. Ia telah mengeluarkan instruksi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan para camat agar waspada saat terjadi curah hujan ekstrem di wilayahnya.
"Mengingat tingginya intensitas curah hujan sepanjang hari ini yang mengakibatkan meluapnya beberapa sungai di Kabupaten Bogor, maka saya sudah mengeluarkan instruksi," kata Ade Yasin.
Instruksi berisi tujuh poin itu diawali dengan imbauan agar waspada dan siaga. Ia juga, menugaskan tim siaga tanggap bencana di titik lokasi rawan bencana.
"Mengevakuasi warga yang tinggal di wilayah rawan ke lokasi yang aman. Melakukan pemetaan lokasi bencana, menghitung risiko lanjutan dan mencari kawasan yang aman dan strategis dalam upaya evakuasi," ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mencatat curah hujan berkategori ekstrem di Kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor pada Senin. "Hari Senin curah hujan ekstrem di Kawasan Puncak melebihi kategori lebih dari 100 mm per hari," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Asep Firman Ilahi.
Menurutnya, berdasarkan pengukuran oleh BMKG pada hujan lebat yang terjadi sejak pukul 15.30 WIB hingga Senin malam tercatat curah hujan 110 mm dari pengukuran di Stasiun Meteorologi Citeko, dan 95 mm dari pengukuran Pos Polusi Udara Cibeureum, Cisarua. Asep menyatakan curah hujan ekstrem ini kali pertama terjadi sepanjang kemarau 2020.