REPUBLIKA.CO.ID,SINGKIL – Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020-2024, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS diundang oleh Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid untuk meninjau sarana dan prasarana kelautan dan perikanan di Kabupaten Aceh Singkil sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat dan percepatan pembangunan daerah di sector kelautan dan perikanan, Senin (21/9).
Pada hari berikutnya, Selasa (22/9), Prof Rokhmin yang juga Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB, diminta oleh Bupati Aceh Singkil untuk mengisi seminar bertajuk “Strategi Pembangunan Wilayah di Sektor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Singkil”.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokhmin mengawali pemaparanya dengan mengemukakan tiga kunci keberhasilan pembangunan wilayah Ketiganya adalah: Rencana (Blueprint) pembangunan yang tepat dan benar serta diimplementasikan secara berkesinambungan; setiap warga negara (sektor pembangunan) menyumbangkan kemampuan terbaiknya bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama atau ada a critical mass yang baik minimal 50 persen; antarwarga negara (sektor pembangunan) bekerja sama secara sinergis sebagai sebuah tim.
Ia kemudian memaparkan status dan tantangan pembagunan Kabupaten Aceh Singkil dengan mengutip data yang bersumber dari Provinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Singkil Dalam Angka 2020. Di antara permasalahan utama Kabupaten Aceh Singkil adalah kemiskinan, pengangguran, dan PDRB.
“Angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Singkil mencapai 20,78 persen, tertinggi di Provinsi Aceh); angka pengangguran mencapai 8,60 persen, tertinggi ke-3 di Provinsi Aceh; dan PDRB/kapita Rp 19,36 juta, terendah di Provinsi Aceh,” kata Prof Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Kabupaten Aceh Singkil sendiri, kata Prof Rokhmin, memiliki banyak potesi perairan umum yang dapat dikembangakan untuk kegiatan budidaya ataupun kegiatan penangkapan. “Jenis ikan ekonomis penting yang banyak tertangkap di perairan umum (Sungai, Danau, dan Rawa) meliputi belut, lele lokal, gabus, toman, kerang, ikan jurung, baung, dundung, tawes, betok, keting, sepat, nila, mujair, baderbang, mas, seluang, lais, lempuk, udang galah, udang tawar, dan udang grago,” tutur ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).
Namun, para nelayan Aceh Singkil sebagian besar melaut menggunakan perahu motor tempel yang kecil dengan kapasitas terbatas dan peralatan tangkap masih tradisional. “Kabupaten Aceh Singkil memiliki satu pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang terletak di Kampung Gosong Telaga Barat Kecamatan Singkil Utara, namun penggunaannya tidak optimal,” ungkapnya.
Persoalan lainnya, sebagian besar usaha perikanan masih tradisional, belum ada budidaya di perairan payau, kebanyakan nelayan belum mengerjakan Best Handling Practices, dan pada umumnya pembudidaya ikan belum mengaplikasikan Best Aquaculture Practices.
“Selain itu, posisi nelayan dan pembudidaya ikan dalam Sistem Rantai Tata Niaga (Bisnis) Perikanan sangat tidak diuntungkan (lihat Gambar di bawah). Pada umumnya sistem bagi hasil antara pemilik kapal dengan ABK nelayan kurang adil,” ungkap ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara).
Setelah memaparkan persoalan dan tantangan yang dihadapi Pemkab Aceh Singkil, Rokhmin kemudian mengemukakan perbaikan dalam enam bidang. Yaitu, RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), pengelolaan lingkungan, pembangunan ekonomi, Infrastruktur dan konektivitas, peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, serta perbaikan tata kelola pemerintahan.
Rokhmin menegaskan, ada tiga langkah strategis untuk menciptakan produktivitas dan daya saing, sehingga Kab Aceh Singkil bisa maju dan sejahtera secara berkelanjutan. Pertama, menjadi tuan rumah yang baik (be a good host) bagi pelanggan daerah (rakyat, wisatawan, investor, dan talented people). Kedua, Memperlakukan pelanggan secara baik (treat your customers/guests properly). Ketiga, membangun sebuah “rumah” yang nyaman bagi pelanggan (building a home sweet home).
“Langkah strategis-1 merupakan upaya untuk menarik dan mengakuisisi pelanggan (customer acquisition). Langkah strategis-2 untuk memuaskan pelanggan (customer satisfaction). Langkah strategis-3 untuk mempertahankan pelanggan (customer retention),” ujar Prof Rokhmin mengutip Kotler dan Kertajaya (2004).