REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, yang tertular Covid-19 dari pemiliknya lebih banyak daripada yang diperkirakan. Fakta yang terkuak dari hasil studi itu pun menganjurkan agar orang yang kena Covid-19 untuk mengisolasi diri, termasuk dari hewan peliharaan.
Para peneliti juga menemukan dalam beberapa kasus, hewan peliharaan yang terinfeksi mengembangkan gejala pernapasan mirip Covid-19 pada saat pemiliknya positif terinfeksi virus SARS-CoV-2. Virus corona tipe baru itu diketahui telah menginfeksi sejumlah hewan, tetapi risiko, kerentanan, dan gejala pada spesies yang berbeda masih belum jelas.
Untuk mempelajari lebih lanjut, peneliti Kanada mengambil spesimen dengan mengusap hidung, tenggorokan, dan rektum 17 kucing, 18 anjing, dan satu musang. Hewan-hewan itu dites dalam dua pekan setelah infeksi virus corona atau gejala Covid-19 menyerang pemiliknya.
Selain itu, sampel darah juga diambil dari delapan kucing dan 10 anjing yang pemiliknya berada di luar jendela penularan selama dua pekan. Hal ini penting untuk menentukan infeksi baru atau masa lalu. Bagaimana hasilnya?
Peneliti mengungkap bahwa semua tes menunjukkan hasil negatif. Akan tetapi, antibodi virus corona ditemukan dalam darah kedelapan kucing, menunjukkan bahwa mereka telah terinfeksi sebelumnya.
Pemilik juga membenarkan bahwa kedelapan kucing itu sempat menderita penyakit pernapasan atau penyakit lain. Hewan peliharaan tersebut sakit di sekitar waktu yang sama dengan jatuh sakitnya sang pemilik.
Temuan tersebut akan dipresentasikan di Konferensi Daring European Society of Clinical Microbiology and Infectious Disease (ESCMID) on Coronavirus Disease, pada 23 hingga 25 September Akan tetapi, penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan ini masih akan dianggap penemuan dini hingga diterbitkan dalam jurnal.
"Hasil awal ini menunjukkan bahwa sebagian besar hewan peliharaan yang keluarga majikannya kena Covid-19 menjadi tertular," kata rekan penulis studi Dr Dorothee Bienzle, seorang profesor patologi hewan di Universitas Guelph di Ontario, Kanada.
"Karena sempitnya waktu yang tersedia untuk mendeteksi infeksi saat ini pada hewan peliharaan, terutama jika pemiliknya masih sakit dan diisolasi. Pengujian darah hewan kedepannya untuk memeriksa infeksi manusia ke hewan sebelumnya lebih disukai untuk penilaian," kata Bienzle dalam rilis berita ESCMID.
Bienzle juga menunjukkan penularan virus dari hewan ke manusia telah terjadi di peternakan cerpelai dengan banyaknya hewan yang terinfeksi dan dipelihara dalam jarak dekat.
“Belum ada laporan penularan dari hewan peliharaan ke manusia tetapi karena virus berubah setelah penularan dari manusia ke hewan, penularan balik tersebut dapat terjadi,” tambahnya.
"Ada cukup bukti dari berbagai penelitian, termasuk penelitian kami, untuk merekomendasikan bahwa orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 harus diisolasi dari manusia dan hewan," kata Bienzle.