Rabu 23 Sep 2020 07:50 WIB

TNI Investigasi Penembakan Pendeta Yeremia di Papua

TNI melakukan investigasi terkait penembakan Pendeta Yeremia di Papua.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Garis Polisi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Garis Polisi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab, memerintahkan jajarannya untuk melakukan investigasi di Diatrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua. Investigasi dilakukan untuk menyikapi perkembangan penanganan tertembaknya Pendeta Yeremia Zanambani.

"Tim sudah berangkat sejak hari Minggu langsung ke Distrik Hitadipa untuk melaksanakan pendalaman dan investigasi terhadap insiden tertembaknya Pendeta Yeremia Zanambani," ujar Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Letkol Arm Reza Nur Patria, saat dikonfirmasi, Selasa (22/9).

Baca Juga

Pangdam XVII/Cenderawasih menugaskan Danrem 173/PVB, Brigjen TNI Iwan Setiawan, dan Asintel Kasdam XVII/Cenderawasih, Kol Inf Ardian Triwasana, untuk melakukan investigasi tersebut. Pihaknya menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Pendeta Yermia Zanambani yang tertembak di Distrik Hitadipa pada Sabtu (19/9) lalu.

"Kita doakan bersama semoga almarhum Pendeta Yermia Zanambani diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga situasi di Intan jaya semakin kondusif sehingga pembangunan dapat dilanjutkan," kata Reza.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom, menyatakan mengecam keras penembakan yang menewaskan tokoh suku Moni, Papua, itu. Menurut Gomar, Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI tengah mendalami kejadian tersebut.

"Berdasarkan laporan dari pimpinan GKII serta media Papua, diduga ditembak oleh pasukan TNI dalam suatu operasi militer, Sabtu (19/9) saat beliau hendak ke kandang babinya," jelas Gomar saat dikonfirmasi, Senin (21/9).

Sementara itu, dia juga mendapat informasi dari media massa nasional yang memberitakan hal itu adalah ulah KKSB. Kejadian itu, kata dia, selain menyebabkan duka mendalam, juga membuat tujuh hingga delapan jemaat lokal kini kosong karena semua ketakutan dan lari ke hutan.

"Saya menuntut Presiden untuk memerintahkan Kapolri untuk mengusut kasus ini sampai tuntas dan membawanya ke ranah hukum. Dan jika betul penembakan ini oleh TNI, saya juga meminta Presiden untuk memerintahkan Panglima menghentikan segala bentuk operasi militer," katanya

Gomar menuturkan, sudah cukup lama Papua bersimbah darah. Segala bentuk kekerasan dan pendekatan militer yang selama ini dilakukan tidak menyelesaikan masalah Papua. Menurutnya, yang terjadi justru menimbulkan lingkaran kekerasan yang tak berujung.

"Satu nyawa orang Papua pun sangat berharga seturut dengan amanat konstitusi RI, terlebih di hadapan Tuhan," ungkap Gomar.

Karena itu, Gomar menagih janji Presiden Joko Widodo yang telah berulang kali menyampaikan akan menempuh pendekatan kultural untuk menyelesaikan masalah Papua. Menurut Gomar, presiden juga menyatakan kepadanya, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah Papua. Atas dasar semua itu, rakyat Papua dan gereja-gereja di Indonesia menuntut pemenuhan janji presiden tersebut.

"Saya berharap, kematian Pendeta Yeremia Zanambani menjadi korban terakhir di tanah Papua, dan kita semua berjuang untuk menjadikan Papua Tanah Damai. Kunci ke arah itu ada di tangan Presiden dengan bahtuan Panglima dan Kapolri. Otoritas untuk itu sepenuhnya ada di tangan Presiden," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement