Rabu 23 Sep 2020 09:18 WIB

China untuk Pertama Kalinya Sampaikan Janji Kurangi Polusi

Presiden China Xi Jinping mengungkap komitmen kurangi polusi karbon di sidang PBB

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: Reuters
Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping mengumumkan rencana untuk meningkatkan target kesepakatan iklim Paris negaranya, dalam pidato di Sidang Umum PBB, Selasa (22/9). Xi juga menyerukan revolusi hijau, beberapa menit setelah presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam China karena polusi yang parah di seluruh China.

Xi mengatakan, China akan mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030 serta netralitas karbon sebelum 2060. Itu adalah pertama kalinya penghasil karbon dioksida terbesar di dunia berjanji untuk mengakhiri kontribusi bersihnya terhadap perubahan iklim.

Baca Juga

"China akan meningkatkan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (untuk perjanjian Paris) dengan mengadopsi kebijakan dan tindakan yang lebih kuat," kata Xi dikutip laman Channel News Asia, Rabu (23/9).

Dia juga mendesak semua negara untuk mengejar "pemulihan hijau ekonomi dunia di era pasca-Covid-19". Xi menggunakan pidato presiden di Sidang Umum PBB untuk menyerukan tindakan multilateral terhadap perubahan iklim setelah Trump menyebut perjanjian iklim Paris sebagai kesepakatan sepihak dan mengkritik China karena menjadi sumber emisi karbon terbesar di dunia.

Utusan iklim AS era Barack Obama, Todd Stern menyambut pengumuman Xi. "Pengumuman hari ini oleh Presiden Xi Jinping bahwa China bermaksud untuk mencapai netralitas karbon sebelum tahun 2060 adalah berita besar dan penting, semakin mendekati tahun 2050 semakin baik," katanya.

Namun, dia mengatakan tujuan 2030 tidak akan cukup untuk membuatnya sesuai jalur untuk target jangka panjang. Tahun ini, AS dan China telah dilanda cuaca ekstrem yang diprediksi oleh perubahan iklim. Di China, hujan lebat selama musim panas memicu musim banjir yang paling parah dalam tiga dekade, sementara AS menghadapi salah satu musim badai terbanyak pada saat yang sama dengan rekor kebakaran hutan yang melanda negara-negara Barat.

Trump menyebut perubahan iklim "tipuan" dan pada 2017 menarik AS keluar dari perjanjian Paris dengan pendekatan internasional untuk masalah tersebut. Joe Biden, rival presiden dari Partai Demokrat dan mantan wakil presiden, telah memasukkan perubahan iklim dalam daftar krisis besar yang dihadapi AS.

Trump mengatakan, AS telah mengurangi emisi karbonnya lebih dari negara mana pun dalam perjanjian tersebut. "Mereka yang menyerang catatan lingkungan luar biasa Amerika sambil mengabaikan polusi yang merajalela di China tidak tertarik pada lingkungan. Mereka hanya ingin menghukum Amerika. Dan saya tidak akan mendukungnya," kata Trump.

Janji iklim Xi mendapat banyak dukungan dan pujian. Li Shuo, pakar diplomasi iklim di Greenpeace, mengatakan janji iklim Xi, jelas merupakan langkah yang berani dan diperhitungkan dengan baik. "Ini menunjukkan minat Xi yang konsisten dalam memanfaatkan agenda iklim untuk tujuan geopolitik," katanya.

Meskipun banyak analis telah memperkirakan bahwa China sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai emisi puncak pada 2030, pengumuman resmi tersebut disambut baik oleh Uni Eropa, yang telah bernegosiasi dengan China untuk menetapkan target netralitas karbon dan mengumumkan tanggal puncak. UE telah mendesak Beijing untuk memajukan tanggal tersebut menjadi 2025.

"Saya menyambut baik pengumuman Presiden Xi bahwa China telah menetapkan tanggal puncak emisi CO2 dan akan menjadi netral karbon sebelum tahun 2060," kata Frans Timmermans, wakil presiden untuk European Green Deal. Dia juga mengimbau setiap negara perlu meningkatkan target iklimnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement