Rabu 23 Sep 2020 11:54 WIB

Waspadai DBD, Malaria, dan Leptospirosis Selama Musim Hujan

DBD, Malaria, dan leptospirosis merupakan tiga penyakit yang dibawa oleh hewan.

Red: Reiny Dwinanda
Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. Kemenkes menyerukan masyarakat untuk mewaspadai DBD, malaria, dan leptospirosis selama musim pancaroba dan penghujan.
Foto: Reuters/ Paulo Whitaker
Nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. Kemenkes menyerukan masyarakat untuk mewaspadai DBD, malaria, dan leptospirosis selama musim pancaroba dan penghujan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk mewaspadai kemunculan penyakit terkait musim penghujan dan banjir. Leptospirosis yang ditularkan oleh tikus menjadi ancaman akibat banjir dan malaria serta demam berdarah (DBD) yang dibawa oleh nyamuk dan perlu diantisipasi.

"Yang sering diwaspadai itu ada tiga biasanya, yang utama biasanya setelah banjir, yaitu penyakit leptospirosis, kemudian yang jelas DBD itu meningkat ketika musim hujan, kemudian malaria," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Direktorat Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto melalui sambungan telepon kepada Antara, Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Didik mengatakan, selama musim penghujan atau musim pancaroba datang, ada banyak penyakit yang dibawa oleh berbagai macam hewan. DBD dan penyakit malaria masing-masing dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Anopheles betina. Sementara itu, penyakit leptospirosis yang ditularkan oleh hewan pengerat seperti tikus.

"Ini yang semuanya tular vektor. Yang pertama vektor nyamuk, kedua leptospirosis ini adalah dari tikus. Ketiga itu yang kemungkinan sering terjadi," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kemenkes berupaya terjun langsung ke lapangan bersama Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk mengingatkan masyarakat tentang perlunya melaksanakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat atau benda-benda yang dapat berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk-nyamuk.

"Plusnya adalah bisa dengan memberi abatisasi atau memberikan ikan kepala perak," katanya.

Kemudian, Kemenkes juga mengingatkan perlunya melaksanakan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik) untuk memutus mata rantai hidup nyamuk-nyamuk tersebut.

"Itu untuk yang DBD dan juga malaria. Kenapa? Supaya tidak memberatkan kondisi pandemi kalau ada kasus Covid-19 di (daerah) situ," katanya.

Kemudian, untuk mengantisipasi kasus leptospirosis pascabanjir, Kemenkes tetap melaksanakan pemeriksaan kasus, mencoba menemukan kasus secara dini baik melalui laboratorium, atau melalui penemuan atau penyelidikan epidemiologi. Pemerintah melalui Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menghindari kemungkinan munculnya penyakit yang ditularkan oleh kencing tikus.

Selain dinilai penting untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dengan sering mencuci tangan dengan sabun, juga dianggap penting untuk mencegah penularan penyakit leptospirosis.

"Kalau harus bersih-bersih gorong-gorong atau got itu harus pakai sepatu bot supaya tidak terinfeksi. Apalagi kalau ada luka. Nah, itu yang harus hati-hati," kata Didik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement