REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong PBB 'meminta pertanggungjawaban China atas aksi-aksi mereka. Hal ini ia sampaikan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) untuk memperingati 75 tahun berdirinya PBB.
Dalam pidato yang disebarkan Gedung Putih, Trump menyalahkan pemerintah China atas pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia. Virus yang telah menginfeksi 31 juta orang dan mewaskan 965 ribu jiwa.
"Di awal-awal virus, China menutup penerbangan domestik, sementara mengizinkan penerbangan meninggalkan China dan menginfeksi seluruh dunia," kata Trump dalam pidatonya seperti dikutip Voice of America, Rabu (23/9).
"Pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sebenarnya dikendalikan China, dengan keliru menyatakan tidak ada bukti penularan antar manusia," tambah Trump.
Presiden AS ke-45 itu mengatakan China dan WHO sempat menyatakan orang tanpa gejala tidak menyebaran virus. Berdasarkan tuduhan-tuduhan tersebut Trump memotong dana hibah AS untuk WHO.
Profesor hukum Hofstra University, Julian Ku mengatakan sebelum Trump tidak ada presiden AS yang menyerang China secara langsung di Majelis Umum PBB. Ia mengatakan Trump sedang mencari kawan untuk meminta pertanggungjawaban China.
"Dengan menyatakan Cina bertanggung jawab atas penyebaran virus dan menyebutnya sebagai 'virus Cina' Presiden Trump sedang mencari dukungan global untuk meminta pertanggung jawaban China," kata Ku.
Ia tidak yakin Trump dapat berhasil mengajak negara lain di Majelis itu untuk melakukan hal yang sama. "Mungkin meningkatkan tekanan global pada Cina untuk lebih bekerja sama sepenuhnya dengan penyelidikan internasional dalam sumber penyebaran virus," kata Ku.
Sementara itu peneliti Quincy Institute Max Abrahams mengatakan pada teorinya pandemi ini memperkuat kerja sama internasional. Sebab semua negara menghadapi ancaman yang sama.
"Namun Trump memainkan kartu nasionalisme, menyalahkan Cina atas penyebaran virus, ini jenis argumen yang cocok dengan orang-orang xenophobia yang menyukai presiden ini," kata Abrahams yang juga dosen politik dan kebijakan publik Northeastern University.
Ditanya mengenai pidato Trump di Majelis Umum PBB, juru bicara Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan apa yang China lakukan tidak dapat dimaafkan. "Soal Covid-19 tidak ada perundung yang lebih besar dibandingkan China," kata McEnany.
Sementara itu dalam Majelis yang sama Presiden China Xi Jinping mengatakan Beijing tidak akan membiarkan ada negara mengendalikan nasib negara lain. Media milik pemerintah Cina melaporkan Xi juga menegaskan tidak boleh ada negara yang bertindak sebagai 'bos di dunia'.