REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) 2020 secara virtual, Rabu (23/9). Dalam forum terbesar kedua setelah muktamar NU ini, Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar menyinggung soal situasi pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi.
Kiai Miftah menyampaikan, pandemi Covid-19 juga menjadi tamparan keras bagi setiap orang yang masih memiliki kedudukan hati terhadap dunia, yakni mereka yang lebih mencintai dunia. Dia mengingatkan, musibah dan cobaan adalah pengingat setiap manusia akan segera mati, di mana pun dan kapan pun.
"Tetapi, yang menjadi masalah adalah mati dalam kondisi apa. Keberadaan pandemi ini efektif menguji kesiapan menghadapi musibah dan mempersiapkan kematian," kata dia saat menyampaikan pidato pembukaan pada Konbes ke-34 NU yang digelar secara virtual.
Pandemi Covid-19 juga adalah momentum muhasabah diri bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Ini dia sampaikan tanpa mengurangi rasa hormat pada profesi kemanusiaan. Setinggi apa pun pengetahuan keilmuan, dan sekuat usaha medis setiap hari, masih ada kasus baru dan kasus kematian baru.
"Virus ini membuat kita sadar betapa kuatnya kita saat memberi manfaat pada orang lain, tetapi sering kali tak sadar apa yang terjadi pada diri sendiri. Kita adalah makhluk yang lemah, namun jangan menyerah menjadi hamba yang kuat beribadah dan menunaikan kewajiban terhadap sesama kita," ujarnya.
Kiai Miftah melanjutkan, kemampuan menghadapi musibah dan mempersiapkan kematian diukur dengan seberapa besar iman kepada Allah SWT. "Apakah kita memandang Allah sedang memuliakan kita atau justru menghinakan kita, pandangan terbaik adalah prasangka baik kepada Allah," katanya.
Kiai Miftah juga menyadari, pandemi Covid-19 berimbas pada kegiatan di pondok pesantren. Sebab, dia mengatakan, berbagai kegiatan yang bersifat kerumunan justru merupakan ciri khas NU. "Beberapa acara di pesantren yang tidak lepas dari sebuah kerumunan pada akhirnya dengan adanya musibah wabah Covid-19 ini semuanya itu seperti hilang ditelan bumi," kata dia.
Bahkan, lanjut Kiai Miftah, pandemi Covid-19 juga berdampak pada amalan sehari-hari seperti sholat. Shaf perlu direnggangkan, di mana ini kebalikan dari perintah agama. Karena itu, pelaksanaan Konbes kali ini pun dilakukan dengan cara menghindari kerumunan, demi menjaga kemaslahatan umat. Tetapi roda organisasi tidak boleh berhenti.
"Di balik Covid-19, Allah SWT mengingatkan kita akan kuasa-Nya. Jangan kan virus corona, apa itu virus saja mungkin kita tak bisa menjawabnya, itulah satu bukti bahwa ilmu kita sangat sedikit. Ibarat setetes tinta di laut mengenai kuasa Allah," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Miftah menyampaikan hadits: "Sesungguhnya menakjubkan urusan seorang Mukmin. Semua urusannya adalah baik baginya, yang mana ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka ini merupakan kebaikan baginya. Dan apabila tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya." (HR Muslim).