REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan Konferensi Besar (Konbes) 2020 NU merupakan rapat organisasi skala nasional pertama dalam sejarah NU yang digelar secara virtual. Menurutnya, ini menunjukkan bahwa NU tidak tertinggal dan mampu beradaptasi dengan zaman.
"NU juga mampu memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya, kita sudah siap memasuki atau bergabung dengan yang lain di era revolusi industri 4.0. Tidak boleh ketinggalan. Walaupun kita tetap pakai sarung, kopiah hitam tradisional, tetapi tidak boleh ketinggalan di bidang teknologi," katanya saat memberi sambutan pada Konbes NU 2020.
Agenda yang digelar secara virtual ini, lanjut Kiai Said, untuk memutuskan pelaksanaan Muktamar NU ke-34 di tengah situasi pandemi yang belum terkendali. "Karena bahkan kemarin tiga hari lalu satu hari itu 4.000 orang, khususnya DKI Jakarta dan Jawa Timur paling besar menyumbang," ucapnya.
Apalagi, sudah banyak korban akibat pandemi Covid-19 ini. Bahkan, salah satu korbannya merupakan warga NU sendiri, yaitu almarhum Saefullah, ketua tanfidziyah PWNU DKI Jakarta yang menjabat sebagai Sekretaris Daerah DKI Jakarta.
"Di pemerintahan DKI, bukan hanya Pak Saefullah yang wafat, tetapi beberapa pejabat kepala dinas juga banyak yang dirawat. Di Kementerian Agama, bukan hanya Menag, beberapa pejabat juga kena," katanya.
Konbes 2020 NU virtual kali ini turut dihadiri Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, dan juga Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar yang sebelumnya telah menyampaikan pidato pembukaan. Konbes 2020 ini untuk menentukan keputusan soal penyelenggaraan Muktamar ke-34 NU yang semula direncanakan dilaksanakan pada 22 Oktober 2020.