REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- NASA mengatakan pihaknya berencana untuk mendaratkan perempuan pertama di permukaan Bulan pada 2024.
Badan antariksa Amerika Serikat itu mengatakan pada Senin malam bahwa mereka akan meluncurkan roket SLS dan pesawat ruang angkasa Orion pada dua uji penerbangan di sekitar Bulan untuk memeriksa kinerja, dukungan kehidupan dan kemampuan komunikasi, sebagai bagian dari program Artemis.
Artemis, dalam mitologi Yunani, adalah saudara kembar Apollo, nama program NASA yang mengirim 12 pria Amerika ke Bulan pada 1960-an. Misi pertama, Artemis I, berada di jalur yang tepat tanpa astronot pada 2021, sementara Artemis II akan terbang dengan awak pada 2023 dan Artemis III akan mendaratkan astronot di kutub selatan Bulan pada 2024.
Program itu diperkirakan menelan biaya hampir USD28 miliar dari tahun fiskal 2021 hingga 2025. NASA ingin membangun keberadaan manusia yang berkelanjutan di Bulan, setelah kunjungan terakhir pada 1972, tetapi satu-satunya satelit alami Bumi sekarang akan digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai Mars juga.
"Kami akan kembali ke Bulan untuk penemuan ilmiah, manfaat ekonomi dan inspirasi bagi generasi baru penjelajah. Sementara kami membangun kehadiran yang berkelanjutan, kami juga membangun momentum menuju langkah manusia pertama di Planet Merah," kata Administrator NASA Jim Bridenstine.
Presiden Donald Trump mengatakan pada 28 Agustus AS akan mendaratkan wanita pertama di Bulan dan menancapkan benderanya di Mars. Pada 2019, dia menandatangani undang-undang soal Angkatan Luar Angkasa, cabang Angkatan Bersenjata AS, dan salah satu dari delapan layanan berseragam AS.
NASA juga mengatakan secara terpisah bahwa mereka akan bekerja sama dengan Pentagon dalam penerbangan luar angkasa manusia, kebijakan luar angkasa, transportasi luar angkasa, standar dan praktik terbaik untuk operasi yang aman di luar angkasa, penelitian ilmiah dan pertahanan planet.
"Keamanan domain luar angkasa menjadi lebih menantang dengan negara-negara pesaing yang mampu mengganggu, menipu dan meretas serta menggunakan laser untuk menyerang satelit dan sistem komunikasi," ujar Bridenstine.