Rabu 23 Sep 2020 17:36 WIB

Antropologi Makan Orang Arab

Porsi makan orang Arab dikenal besar.

Antropologi Makan Orang Arab . Seorang pedagang menyiapkan jajanan shawarma di tokonya sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Antropologi Makan Orang Arab . Seorang pedagang menyiapkan jajanan shawarma di tokonya sekitar Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hajriyanto Y. Thohari

JAKARTA -- Di hampir semua negara Arab, terutama Mesir dan Arab Levant (Bilad al-Syam, yakni Lebanon, Syria, Jordan dan Palestina), ada makanan yang sangat terkenal namanya Shawarma: sebuah roti panas yang digulung yang di dalamnya diisi dengan daging atau ayam, telur, sayuran, keju, dan lain-lainnya. Shawarma panjangnya kira-kira 15-20 cm dibungkus (digulung) dengan kertas dan dibuka sedikit demi sedikit seiring dengan gigitan.

Baca Juga

Orang Arab biasa menghabiskan sebuah shawarma dalam sekali makan, bahkan ada banyak yang tambah satu buah lagi! Sementara kebanyakan pria Indonesia sebuah saja sudah sangat kenyang.

Malah ada seorang mahasiswi Indonesia yang sedang belajar di Lebanon, menghabiskan setengahnya saja harus dengan perjuangan! Volume makanan orang Indonesia kecil dan sedikit sekali. Apalagi bila dibandingkan dengan volume makanan orang Arab.

Hampir sama dengan Shawarma adalah Awarma, kandungannya sama hanya saja isinya bukan daging tapi diganti telur (scrambled egg). Di samping itu terkenal juga falafel, makanan yang dibuat dari kacang Arab yang digiling dan dipadatkan dalam bentuk bola-bola kecil, agak pipih, dan kemudian digoreng dengan minyak panas.

Falafel biasa dimakan dalam keadaan masih panas dengan dicocolkan ke saus tahini (berwarna putih). Bisa juga dimakan bersama roti pita dan humush. Ada lagi beberapa yang sejenis Itu, untuk mudahnya saya menyebutnya Shawarma saja, di mana semuanya adalah makanan praktis untuk, sebut saja, ganjal perut.

Bagaimana dengan makan besar?

Shawarma memang hanya makanan ganjal perut saja. Sementara kalau untuk makan besar, seperti makan siang (lunch) dan makan malam (dinner), tentu akan lebih besar lagi volumenya. Saya pernah menghadiri undangan makan di rumah kalangan atas dan bawah, kalangan menteri dan restoran besar dan kecil, pengusaha dan karyawan, pengusaha dan syeikh, makanannya nyaris sama, baik volumenya maupun jenis makanannya. Sungguh kuliner Arab tidak kaya: di mana-mana sama, hanya itu-itu saja.

Pertama, dihidangkan roti tradisional yang bernama khobez, lafa atau sakhin (kalau panas) beserta hummus, yakni saus kacang dari kedelai, tahini, bawang putih, lentini, garam, minyak zaitun, dan air lemon. Kadang diberi irisan tomat, delima (pomegranate), tortilla, atau kacang panjang atau buncis (chickpea). Cara makannya dengan menyobek roti atau sakhin itu dan menyocolkannya ke hummus lalu memakannya.

Biasanya hidangan awal ini disertai juga dengan salad fattoush, salad atau tabouleh, yang diguyur dengan olive oil. Saya perhatikan di seluruh negara yang mengitari laut mediterania jenis saladnya sama: salad Greek. Fattoush (salad yang dirajang dan lebih masam), dan tabouleh salad dari daun parsley, green onion, tomat, daun pursiane, parsley, radish, lettuce, yang diguyur dengan lemon dan olive.

 

Nyaris berbarengan dengan makanan pendahuluan tersebut di atas disajikan juga appetizer berupa soup, biasanya soup lentil yang panas dalam mangkok kecil. Soup ini sebagai pembangkit selera sesuai dengan namanya: appetite atau appetizing. Makanan pembuka ini saja sudah menghabiskan waktu puluhan menit, apalagi biasanya dinikmati sambil ngobrol atau pembicaraan santai. Justru seringkali makan siang (lunch) atau makan malam (dinner) ini hanya sebagai instrumen saja untuk dilakukannya suatu pertemuan untuk membicarakan sesuatu hal, termasuk, mungkin, kencan.

Setelah itu barulah dihidangkan makanan utama (main course) berupa daging kambing, sapi dan atau ayam panas, potato, atau nasi (untuk nasi biasanya harus pesan terlebih dahulu). Setelah itu yogurt, buah-buahan. Dan sebagai penutup adalah baklava yang sangat manis, Kanafeh atau Kenife, atau kue manis. dan ditutup dengan teh atau kopi. Baru selesai. Saya kira.

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement