Kamis 24 Sep 2020 01:37 WIB

Emir Qatar Soroti Peran Dunia untuk Palestina di Sidang PBB

Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani pertanyakan sikap internasional

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Warga Palestina membakar foto-foto Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al-Nahyan, selama protes terhadap perjanjian normalisasi Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Kota Gaza, Selasa, 15 September 2020.
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina membakar foto-foto Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al-Nahyan, selama protes terhadap perjanjian normalisasi Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Kota Gaza, Selasa, 15 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mempertanyakan tentang sikap komunitas internasional terhadap sikap Israel yang terus menerus menduduki Palestina dan negara-negara Arab. Hal ini disampaikan Sheikh Al Thani dalam pidato Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam pidatonya, Sheikh Al Thani mempertanyakan peran negara dan PBB yang gagal menegakkan resolusi terhadap berlanjutnya pendudukan Israel di atas wilayah Palestina, dengan terus memperluas pembangunan permukiman. Dia menuding Israel telah melakukan pelanggaran terhadap resolusi internasional dan solusi dua negara yang disepakati oleh komunitas internasional.

Baca Juga

"Komunitas internasional tidak dapat mengambil tindakan efektif dalam menghadapi sikap keras kepala Israel yang terus menerus melakukan pendudukan di atas tanah Palestina dan Arab, pengepungan di Jalur Gaza dan kebijakan perluasan permukiman," ujar Sheikh Al Thani dilansir Aljazirah, Rabu (23/9).

Sheikh Al Thani mengatakan konflik antara Israel dan Palestina akan berakhir jika Israel berkomitmen penuh pada kerangka acuan dan resolusi internasional, yang dapat diterima oleh negara-negara Arab. Hal ini menjadi dasar dari Inisiatif Perdamaian Arab yang diusulkan oleh Arab Saudi pada 2002.

Inisiatif Perdamaian Arab menyerukan normalisasi hubungan dengan Israel, dengan imbalan mereka mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina. Dalam inisiatif tersebut juga disebutkan pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Sheikh Al Thani mengatakan Israel mencoba untuk menghindari parameter dalam inisiatif tersebut maupun resolusi internasional.

Pada 15 September, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Seremoni penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih.

Normalisasi hubungan antara dua negara Teluk dengan Israel mendapatkan kecaman dari Palestina. Para pemimpin Palestina menyatakan UEA dan Bahrain telah mengkhianati perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan terlepas dari belenggu Zionis.

Sheikh Al Thani menyerukan kepada komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, untuk bertanggung jawab dan memaksa Israel untuk mencabut pengepungan di Jalur Gaza. Termasuk mengembalikan proses perdamaian sesuai jalurnya melalui negosiasi berdasarkan resolusi internasional dan solusi dua negara.

"Kegagalan untuk menemukan solusi yang adil untuk perjuangan Palestina, perluasan permukiman Israel yang berkelanjutan, dan memaksakan kenyataan di lapangan tanpa terhalang, inilah yang menimbulkan pertanyaan terbesar tentang kredibilitas komunitas internasional," kata Sheikh Al Thani.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement