Rabu 23 Sep 2020 21:53 WIB

Banjir dan Longsor Melanda Aceh

Hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir dan tanah longsor di Aceh Barat Daya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Sejumlah anak menerobos genangan banjir untuk masuk ke rumah mereka yang terendam banjir di Desa Hagu, Batu 5, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Juni lalu.
Foto: Antara/Rahmad
Sejumlah anak menerobos genangan banjir untuk masuk ke rumah mereka yang terendam banjir di Desa Hagu, Batu 5, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Juni lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir dan tanah longsor di wilayah Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh, pada Rabu 23 September 2020, pukul 17.23 WIB. Akibatnya, sebanyak enam desa terdampak bencana ini.

"Laporan sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat Daya menyebutkan enam kecamatan terdampak, yakni Blangpidie (Desa Mata Le dan Alu Mangota), Kecamatan Susoh (Padang Baru dan Pulau Kayu), Kecamatan Tangan Tangan (Gunung Cut, Padang Kawa dan Blang Padang), Kecamatan Manggeng (Tokoh I dan Padang), Kecamatan Lembah Sabil (Tokoh II) dan Kecamatan Babahrot (Gunung Samarinda)," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/9).

Jati mengatakan, total desa terdampak sebanyak 11 desa pada enam kecamatan tersebut. Berdasarkan pantauan sementara, ia menyebutkan, beberapa rumah warga terendam dengan ketinggian muka air 30 hingga 50 cm. Dampak lain yaitu longsoran yang menutup akses jalan nasional di Desa Gunung Samarinda. 

Merespon kejadian ini, ia mengaku tim reaksi cepat (TRC) BPBD Aceh Barat Daya menuju titik-titik terdampak dan melakukan kaji cepat. 

"Kemudian pemerintah daerah setempat juga menurunkan alat berat untuk membersihkan material tanah longsor di Desa Gunung Samarinda," katanya.

Ia mengaku, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memonitor perkembangan penanganan darurat dan melakukan koordinasi dengan Pusat Pengendali Operasi BPBD Kabupaten Aceh Barat Daya.   

Aceh Barat Daya termasuk kabupaten memiliki tingkat risiko bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Teridentifikasi sembilan kecamatan seluas 30.980 hektar yang memiliki potensi bahaya tersebut, sedangkan populasi terpapar dengan potensi bahaya banjir sebanyak 71.453 jiwa. Sedangkan tanah longsor, dia menambahkan, kabupaten ini juga memiliki tingkat risiko dengan kategori sedang hingga tinggi yang teridentifikasi di 8 kecamatan. Jumlah populasi terpapar potensi bahaya tanah longsor sebanyak 6.860 jiwa. 

Sementara itu, berdasarkan peringatan dini cuaca tiga hari ke depan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, wilayah Aceh termasuk salah satu wilayah yang perlu diwaspadai. Hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi pada 23 hingga 25 September 2020. 

"Masyarakat setempat diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi bahaya banjir dan tanah longsor, khususnya di tengah pandemi Covid-19. Di samping dua potensi bahaya tersebut, masyarakat perlu mewaspadai potensi bahaya lainnya seperti banjir bandang, gempa bumi dan tsunami," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement