REPUBLIKA.CO.ID, YUNANI--Masjid pertama di Yunani akan dibuka bulan depan di Athena. Pembukaan masjid tersebut secara tidak langsung mengakhiri masalah hukum dan penolakan yang selama 14 tahun terakhir digencarkan kelompok garis keras Yunani.
Undang-undang yang mengizinkan pembangunan masjid sejatinya telah disahkan sejak 2006 dibawah Menteri Marietta Giannakou, namun terpaksa terhenti setelah Giannakou memutuskan meninggalkan jabatannya.
Tiga tahun kemudian, Wakil Perdana Menteri Theodoros Pangalos dan Menteri Pendidikan Anna Diamantopoulou berusaha untuk menghidupkan kembali proyek pembangunan masjid, tetapi sekali lagi harus tertunda karena tanah tersebut harus dipindahkan dari militer Yunani ke negara bagian.
Kelompok politik sayap kanan dan nasionalis Yunani di dalam gereja Ortodoks kemudian menekan pegawai negeri dan politisi yang terlibat dalam proyek dengan membawa kasus hukum terhadap mereka. Tekanan tersebut juga menyebabkan perusahaan konstruksi yang telah menyatakan minatnya pada kontrak tersebut memutuskan untuk mundur demi menghindari rusaknya citra publik mereka atau resiko terseret ke pengadilan.
Badan legislatif Yunani berulang kali memberikan suara mendukung perubahan zonasi untuk memungkinkan proyek terus berjalan, dan kepemimpinan Ortodoks Yunani juga mendukung proyek tersebut. Dewan Negara juga memilih untuk melanjutkan proyek tersebut pada 2011.
Menyusul dukungan dari lembaga-lembaga arus utama Yunani, penentang mengambil tindakan untuk menempati situs di mana masjid akan dibangun, dan mengklaim akan mengambil alih atas nama populasi tunawisma kota.
Pada 2015, pemerintahan sayap kiri SYRIZA berkuasa, yang membuat lagi-lagi proyek itu terhenti karena mitra koalisi SYRIZA, orang Yunani Merdeka yang nasionalis, menekan pemerintah untuk tidak melanjutkan pembangunan masjid. Akhirnya, Perdana Menteri SYRIZA, Alexis Tsipras memerintahkan menteri luar negeri saat itu, Ioannis Amanatiadis, untuk tidak melanjutkan proyek tersebut.
Pada 2019, dimana masa jabatan SYRIZA telah berakhir, dan pada 7 Juni 2019, Menteri Agama, Kostas Gavroglou, memutuskan untuk meresmikan masjid tersebut. Namun, masjid sekali lagi kosong sejak itu.
Pada Agustus 2020, beberapa Muslim Yunani menyatakan keprihatinan bahwa masjid tersebut tidak akan dibuka sebagai bagian dari pembalasan politik oleh Yunani menyusul keputusan Turki untuk mengubah kembali museum Hagia Sophia di Istanbul menjadi masjid.
Namun, pejabat Yunani kini mengatakan bahwa masjid itu akhirnya akan dibuka pada awal Oktober. Katherimini juga melaporkan bahwa Turki "sedang mengupayakan pembukaan kembali Masjid bersejarah Fethiye di Roman Agora, menurut pernyataan resmi yang dibuat oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan."