Kamis 24 Sep 2020 19:13 WIB

Siswa Sekolah Perhotelan di Swiss Diminta Isolasi Mandiri

Penularan virus corona di kalangan mahasiswa berasal dari pesta di luar kampus

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Bendera Swiss
Foto: AP
Bendera Swiss

REPUBLIKA.CO.ID, LAUSANNE -- Otoritas kesehatan Swiss memerintahkan karantina terhadap 2.500 siswa sekolah manajemen perhotelan bergengsi di kota Lausanne. Penularan virus corona di kalangan mahasiswa itu berasal dari sebuah pesta yang digelar di luar kampus.

Pihak berwenang wilayah Vaud menyatakan semua mahasiswa di Ecole Hoteliere de Lausanne atau yang dikenal sebagai Universitas Manajemen Perhotelan Lausanne telah diperintahkan untuk melakukan karantina mandiri. Seluruh mahasiswa dan warga yang tinggal di sekitar kampus diminta untuk melakukan isolasi mandiri hingga 28 September.

Baca Juga

"Wabah infeksi yang signifikan telah muncul di beberapa tingkat pelatihan. Hingga 28 September seluruh siswa harus tinggal di rumah, termasuk mereka yang tinggal di dekat lokasi sekolah perhotelan," ujar kantor regional Vaud dalam sebuah pernyataan.

Pihak berwenang kembali mengulangi seruan agar masyarakat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dengan mengikuti protokol kesehatan. Mereka tetap harus mengenakan masker, menjaga jarak, dan waspada jika mengalami gejala virus corona.

Juru bicara Universitas Manajemen Perhotelan Lausanne, Sherif Mamdouh, mengatakan pihaknya telah melakukan tindakan pencegahan dengan menetapkan protokol kesehatan. Dia menjelaskan ada 11 siswa yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona namun mereka tidak menjalani perawatan di rumah sakit.

Mamdouh mengatakan kampusnya memiliki sekitar 3.500 mahasiswa termasuk mereka yang sedang mengejar gelar lanjutan. Ratusan siswa yang tinggal di asrama kampus juga akan menjalani karantina mandiri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan bahwa kaum muda cenderung memiliki gejala virus corona yang lebih ringan ketimbang kelompok demografis yang lebih tua. Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan banyak remaja dan kaum muda yang berasumsi bahwa mereka kebal terhadap virus corona.

Hal ini menjadi pendorong utama penyebaran virus corona yang berkelanjutan dalam beberapa pekan terakhir, terutama di Eropa. “Persepsi memang menunjukkan mereka tidak merasa berisiko seperti kelompok yang lebih tua, terutama setelah data yang menunjukkan orang yang lebih muda biasanya memiliki kasus Covid-19 yang tidak terlalu parah," kata Harris.

Prancis mencatat bahwa 22 persen kasus virus corona aktif ditemukan di perguruan tinggi. Sementara, Amerika Serikat juga menemukan klaster penularan baru yang terkait dengan mahasiswa.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement