REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mencatat, penerapan Ekosistem Logistik Nasional (NLE) dapat menekan biaya logistik hingga Rp 1,5 triliun dan mendatangkan investasi senilai Rp 5 triliun. Perhitungan itu baru berlaku pada kawasan Batam saja.
NLE merupakan hasil kolaborasi berbagai sistem dari Kementerian/Lembaga hingga layanan perbankan untuk menekan biaya logistik Indonesia. Merujuk pada studi Asosiasi Logistik Forwarder Indonesia (ALFI), biaya logistik mencapai 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tersebut lebih tinggi dari banyak negara, termasuk Malaysia yang hanya 13 persen dari PDB.
Luhut menuturkan, tingginya ongkos logistik dikarenakan rangkaian proses yang harus dilalui pengusaha cukup panjang. Untuk importir saja, mereka harus melalui 17 transaksi layanan dari hulu hingga hilir. "Dengan adanya NLE ini jadi hanya satu," ucap Luhut dalam Konferensi Pers Bersama Ekosistem Logistik Nasional secara virtual, Kamis (24/9).
Tapi. Luhut menekankan, langkah penting saat ini adalah proses eksekusi NLE. Ia meminta agar semua pemangku kepentingan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga Pelindo II untuk tidak berhenti pada kebijakan saja, juga implementasinya.
Dalam pelaksanaannya, NLE juga harus diawasi secara ketat untuk memastikan target efisiensi yang ingin dicapai. Luhut sendiri berencana meninjau langsung piloting pelaksanaan NLE di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, terutama mengenai penyederhanaan dari 17 transaksi layanan menjadi proses tunggal.
Luhut juga meminta untuk melakukan efisiensi lego jangkar. Saat ini, penghematan sudah berlangsung dari 16 lego jangkar menjadi hanya lima buah. "Dengan lima ini, itu juga akan meningkatkan efisiensi kita," ucap Luhut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dunia usaha akan menjadi pihak yang paling merasakan dampak dari penerapan NLE. Sebab, melalui penyederhanaan proses yang diterapkan dalam NLE mampu menekan ongkos logistik mereka.
Kemenkeu menargetkan, penurunan biaya logistik dapat mencapai 17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini enam persen lebih rendah dari biaya logistik saat ini yang mencapai 23,5 persen terhadap PDB.
"Siapa yang akan menikmatinya? Ya tentu adalah dunia usaha, karena ongkos mereka sekarang akan jadi lebih sedikit," ucap Sri.
Manfaat itu diharapkan dapat semakin terasa di tengah tekanan pandemi Covid-19 saat ini. Melalui reformasi ini, ia berharap, para pengusaha di sektor logistik bisa memiliki daya tahan yang jauh lebih tinggi.