REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengklaim pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di ibu kota yang kembali efektif diberlakukan sejak sepekan terakhir telah memberikan dampak positif. PSBB membuat kasus infeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di ibu kota sedikit melandai.
"Kalau berdasarkan data kami, PSBB membuat kasus sedikit melandai. Artinya kami memang melihat kasus aktif harian meningkat, tetapi tren kasus positif secara kumulatif sedikit melandai," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Prosedur Isolasi OTG Covid-19, Mudah atau Sulitkah?, Jumat (24/9).
Kendati demikian, Dinkes DKI masih ingin menurunkan positivity rate, meningkatkan angka kesembuhan, dan menurunkan angka kematian. Sebab, dia melanjutkan, positivity rate Covid-19 di Jakarta saat ini masih sekitar 12 persen.
Karena itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta berharap dengan kepatuhan segenap masyarakat terhadap protokol kesehatan dan PSBB bisa membuat kasus melandai dan turun. "Banyak faktor yang berpengaruh, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan segenap masyarakat harus bahu-membahu menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Ia menegaskan, perlu ada kolaborasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga Jakarta bisa menangani Covid-19. Wadya mengaku, Dinkes DKI juga masih terus melakukan pemeriksaan spesimen dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk melacak kasus.
Bahkan, dia melanjutkan, Pemerintah DKI Jakarta bisa melakukan tes swab sebanyak 50 ribu hingga 60 ribu selama kurun waktu sepekan untuk menegakkan diagnosa Covid-19.
Sebelumnya, angka penambahan kasus positif Covid-19 secara harian kembali mencetak rekor. Pemerintah merilis ada tambahan 4.634 kasus baru dalam 24 jam terakhir. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia pada awal Maret lalu.
Dari penambahan kasus hari ini, DKI Jakarta tetap menduduki posisi pertama sebagai provinsi yang menyumbang kasus harian tertinggi yakni 1.044 kasus baru. Jawa Barat menyusul di posisi kedua dengan 804 kasus baru, kemudian Jawa Tengah dengan 434 kasus baru.