REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz, mengatakan hegemoni Hizbullah atas Lebanon telah menghancurkan konstitusi negara tersebut. Jalan satu-satunya adalah melucuti kelompok yang mendapat dukungan Iran itu.
Menurut Raja Salman, bencana ledakan Beirut 4 Agustus silam juga hasil dari penguasaan Hizbullah. Dia tidak menyetujui kendali dominan Hizbullah atas proses pengambilan keputusan di Lebanon yang mengutamakan kekuatan senjata.
Pelucutan Hizbullah dianggapnya penting demi mencapai keamanan, stabilitas, dan kemakmuran Lebanon. Sang raja pun menyatakan Arab Saudi berada di pihak rakyat Lebanon yang menjadi korban bencana kemanusiaan.
Pada kesempatan sama, Raja Salman mengkritik Iran karena menolak peluang menuju perdamaian. Iran dituding berkali-kali menggunakan jaringan teroris untuk kegiatan ekspansionisnya dan mengguncang sejumlah negara.
"Kerajaan kami tidak akan ragu-ragu mempertahankan keamanan nasional, juga tidak akan meninggalkan saudara-saudara kami di Yaman sampai mereka mendapatkan kembali kedaulatan dan kemerdekaan penuh dari hegemoni Iran," tuturnya, Rabu.
Terkait konflik Arab-Israel, Raja Salman menyerukan kelanjutan proses perdamaian. Saudi juga mendukung upaya Presiden AS Donald Trump membawa kembali Palestina dan Israel ke meja perundingan.
"Perdamaian di Timur Tengah adalah pilihan strategis kami. Solusi adil harus dicapai, di mana rakyat Palestina memiliki negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Raja Salman, dikutip dari laman Al Arabiya.