Jumat 25 Sep 2020 10:59 WIB

Ini Penyebab Suhu di Surabaya Lebih Panas

Panas yang lebih menyengat tersebut karena musim kemarau akan segera berakhir.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Tugu Bambu Runcing di Jalan Panglima Sudirman, Surabaya, salah satu ikon Kota Surabaya, Jawa Timur (ilustrasi)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Tugu Bambu Runcing di Jalan Panglima Sudirman, Surabaya, salah satu ikon Kota Surabaya, Jawa Timur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Juanda, Teguh Tri Susanto menjelaskan faktor penyebab suhu di Surabaya lebih panas dari biasanya. Menurutnya, panas yang lebih menyengat tersebut karena musim kemarau akan segera berakhir.

Teguh kemudian menjelaskan fase yang terjadi ketika hendak terjadi perpindahan dari musim kemarau ke musim penghujan. Yakni mulai terbentuknya awan menengah. Pembentukan awan menengah ini biasanya mulai muncul pada sore hingga malam hari. "Awan menengah ini menyebabkan suhu di permukaan akan menjadi lebih sumuk atau panas," kata dia di Surabaya, Jumat (25/9).

Baca Juga

Teguh melanjutkan, mulai terbentuknya awan menengah tersebut memengaruhi pantulan radiasi matahari. Dimana radiasi matahari yang dipantulkan bumi, akan terhalang awan menengah tersebut. Sehingga radiasi matahari tersebut kembali memantul ke bumi, dan membuat cuaca menjadi lebih panas

"Karena radiasi matahari yang di bumi akan dipancarkan kembali (ke langit), itu akan kembali lagi ke bumi (kena pantulan awan). Jadi mekanismenya seperti itu," ujar Teguh.

Kondisi ini, lanjut Teguh, tidak akan berlangsung lama. Sebab, BMKG Juanda memprediksi pada Oktober sudah mulai transisi musim kemarau ke musim penghujan. Kemudian pada November, Surabaya akan memasuki awal musim penghujan.

"Sebenarnya kita masih memasuki musim penghujan untuk masa transisi itu di Oktober. Awal musim penghujan kalau di Surabaya didominasi November minggu ke dua atau tiga," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement